Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang diketahui juga sebagai Tujuan Global, diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015 sebagai bagian dari upaya global untuk memberantas kemiskinan, melindungi planet, serta menjamin bahwa setiap individu dapat hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan pada tahun 2030. Ke-17 SDGs saling terkait, yang didasari pada prinsip bahwa aspek di satu sektor dapat mempengaruhi hasil di sektor lain, dan merupakan perpaduan antara keamanan sosial, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Negara merancang tujuan SDG untuk berpromosi tidak sekadar kepada yang paling lemah, namun terhadap perjuangan melawan kelaparan, kemiskinan, HIV/AIDS dan penindasan terhadap wanita dan anak perempuan.
Salah satu dari itu adalah SDG tersebut adalah tujuan nomor 12, atau SDG 12, "Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab", yang menurut saya didukung dan mengandung konsep dasar yang lebih seharusnya jadi perdebatan dalam teori pembangunan berkelanjutan. Tujuannya berupaya kembali pada metode konsumsi dan produksi barang serta barang-barang yang berdampak buruk dan merugikan lingkungan dan manusia, yang berkecimpung dalam penggunaan dan pemborosan sumber daya alam, serta memberikan dampak social fisik atas kondisi hari ini pun.
Menurut Kementerian PPN/Bappenas, SDG 12 memiliki beberapa target spesifik, yakni:
1. Tindakan diambil oleh semua negara, dengan negara maju memimpin, dalam melaksanakan "The 10-Year Framework of Programmes on Sustainable Consumption and Production Patterns", sambil mempertimbangkan pembangunan dan kapasitas negara berkembang.
2. Pengelolaan yang berkelanjutan serta pemanfaatan SDA dengan cara yang efisien akan dicapai pada tahun 2030.
3. Limbah pangan per kapita di tingkat ritel dan konsumen secara global akan dikurangi hingga 50%, serta akan mengurangi kehilangan makanan sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk kehilangan pasca panen dan akan dikurangi pada tahun 2030.
4. Pengelolaan bahan kimia dan semua jenis limbah dilakukan secara ramah lingkungan sesuai dengan kerangka kerja internasional yang disepakati, dengan tujuan mengurangi secara signifikan pencemaran bahan kimia dan limbah tersebut ke udara, air, dan tanah untuk meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan pada tahun 2020.
5. Produksi limbah akan dikurangi secara substansial melalui pencegahan, pengurangan, recycle, dan penggunaan kembali pada tahun 2030.
6. Praktik berkelanjutan didorong untuk diadopsi oleh perusahaan, terutama yang besar dan transnasional, dan informasi keberlanjutan diintegrasikan dalam sistem pelaporan mereka.
7. Praktik pengadaan publik yang berkelanjutan didorong sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional.
8. Kesadaran akan pembangunan berkelanjutan serta gaya hidup yang harmonis dengan alam dan informasi yang relevan terkait hal tersebut akan dijamin dimiliki oleh masyarakat di mana pun pada saat menjelang tahun 2030.
9. Negara-negara berkembang didukung dalam memperkuat kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi mereka dalam mencapai pola konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan.
10. Lapangan kerja diciptakan dan budaya serta produk lokal dipromosikan melalui pengembangan dan penerapan alat untuk memantau efek pembangunan berkelanjutan pada pariwisata yang berkelanjutan.
11. Untuk mengatasi pemborosan konsumsi yang disebabkan oleh subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien, distorsi pasar akan dihilangkan melalui rasionalisasi. Langkah ini akan melibatkan penghapusan bertahap subsidi berbahaya dan restrukturisasi pajak, disesuaikan dengan kondisi nasional. Dalam proses ini, dampak lingkungan akan dicerminkan, dan dengan melindungi rakyat miskin serta masyarakat yang terkena dampak, dampak negatif terhadap pembangunan akan diminimalkan. Agar pola konsumsi dan produksi yang lebih bertanggung jawab dapat tercipta, ide-ide kreatif baru, penerapan pengetahuan terbaru, serta pemanfaatan teknologi dan dukungan keuangan diperlukan. Dukungan tersebut harus diberikan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh setiap individu.
SDG 12 atau "Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab", yang diadopsi di tahun 2015 dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), menyoroti isu-isu krusial terkait pola konsumsi dan produksi global yang sering kali terabaikan. Reformasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan pengurangan dampak negatif dari aktivitas produksi serta konsumsi terhadap lingkungan dan masyarakat ditekankan dalam tujuan ini. Dalam SDG 12, isu utama yang dibahas mencakup efisiensi pengelolaan sumber daya alam, pengurangan limbah, dan pencemaran.
Misalnya, pengelolaan SDA yang berkelanjutan menjadi sangat penting untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan ketidakstabilan ekosistem. Pada tahun 2030, SDG 12 menargetkan pengelolaan yang efisien dan berkelanjutan dari sumber daya alam serta pengurangan limbah pangan global secara signifikan. Target ini mencerminkan kebutuhan mendesak untuk mengatasi pemborosan dan dampak lingkungan dari limbah makanan yang besar, yang berkontribusi pada pencemaran dan ketidakstabilan rantai pasokan makanan.
Selain itu, pengelolaan limbah dan bahan kimia yang ramah lingkungan juga merupakan isu penting. Pengurangan pencemaran bahan kimia dan limbah yang merusak udara, air, dan tanah, serta berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan, ditekankan dalam SDG 12. Tujuan yang ditetapkan meliputi usaha untuk mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, daur ulang, dan pemanfaatan kembali, agar produk dan bahan yang digunakan tidak menimbulkan kerusakan yang tidak perlu.
Masalah sosial dan ekonomi juga menjadi perhatian, dengan penekanan pada perlunya mendorong praktik berkelanjutan di sektor perusahaan, terutama perusahaan besar dan transnasional. Hal ini termasuk integrasi informasi keberlanjutan dalam laporan perusahaan dan pengadaan publik yang ramah lingkungan. Meningkatkan kapasitas ilmiah dan teknologi di negara-negara berkembang juga merupakan langkah penting dalam mencapai pola konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan
.
Transformasi menuju pola konsumsi dan produksi yang lebih bertanggung jawab memerlukan ide-ide kreatif, penerapan teknologi terbaru, serta dukungan keuangan dan kebijakan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun individu. Inisiatif seperti rasionalisasi subsidi bahan bakar fosil dan pengembangan perangkat dalam memantau dampak pariwisata berkelanjutan merupakan langkah-langkah strategis untuk mengurangi pemborosan dan mempromosikan keberlanjutan dalam berbagai sektor. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, SDG 12 bertujuan untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan ramah lingkungan yang menguntungkan seluruh planet dan penghuninya.
Untuk mengatasi isu-isu terkait SDG 12, "Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab," beberapa solusi strategis perlu diterapkan secara efektif, antara lain:
1. Pengelolaan sumber daya alam yang efisien dapat dicapai dengan mengadopsi model ekonomi sirkular dan teknologi hijau yang mengurangi ketergantungan pada sumber daya terbatas.
2. Pengurangan pemborosan makanan dapat dilakukan melalui peningkatan infrastruktur penyimpanan dan distribusi serta program pendidikan bagi konsumen dan produsen.
3. Pengelolaan limbah dan pencemaran memerlukan regulasi ketat dan inovasi dalam pengolahan limbah untuk meminimalkan dampak lingkungan.
4. Promosi praktik berkelanjutan dalam bisnis harus melibatkan integrasi laporan keberlanjutan dan kebijakan pengadaan publik yang ramah lingkungan.
5. Pendidikan dan kesadaran publik perlu ditingkatkan melalui kampanye global dan program pendidikan di sekolah.
Solusi ini dapat diterapkan secara bersamaan untuk mendukung pola konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan, sesuai dengan tujuan SDG 12.
Mencapai SDG 12, "Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab," memerlukan pendekatan terintegrasi yang melibatkan reformasi mendalam dalam pengelolaan sumber daya, pengurangan limbah, dan pengelolaan pencemaran. Untuk mencapai target-target ini, penting untuk menerapkan model ekonomi sirkular dan teknologi hijau, meningkatkan infrastruktur penyimpanan dan distribusi makanan, serta memperketat regulasi limbah dan pencemaran.
Selain itu, promosi praktik bisnis berkelanjutan, pendidikan publik, dan kesadaran global harus ditingkatkan untuk mendukung perubahan perilaku yang positif. Dukungan untuk negara berkembang juga esensial dalam memperkuat kapasitas ilmiah dan teknologi mereka. Dengan menerapkan solusi-solusi ini secara menyeluruh dan kolaboratif, kita dapat memajukan pola konsumsi dan produksi yang lebih eco friendly dan adil, serta memastikan keberlanjutan planet dan kesejahteraan manusia di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H