Mohon tunggu...
Andito Agung
Andito Agung Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Goresan Luka Lalu

28 November 2017   09:51 Diperbarui: 28 November 2017   10:20 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tau kamu sedang sedih karena terluka, maka ijinkanlah aku untuk merawat lukamu itu, lihatlah di sekelilingmu, itu semua adalah ciptaan tuhan, lihat keluargamu, itu adalah anugerah yang diberikan tuhan, dan lihatlah orang-orang sekelilingmu, merekalah orang-orang yang senantiasa selalu menyayangimu.

Awalnya aku tidak tau kamu itu siapa dan terbuat dari  apa, yang aku tau tentang kamu cuma satu. kamu sudah buat aku jatuh cinta. Aku hanya bisa terdiam ketika kamu berada di dekatku, untuk menyapamu saja aku tak mampu, apalagi untuk isyaratkan cinta itu jauh dari angan-angan. Hanya mampu melihat wajahmu dan mengubur harapanku.

Sejak mengenal dirimu aku ingin terus belajar, belajar untuk jadi yang terbaik untukmu. Tapi perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda, tawa, dan bahagia. Saat kamu meneteskan air mata bukan berarti kamu menangis karena kesedihan, tapi air mata itu menetes ketika kamu mulai melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan kehidupan lamamu. Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi kepergianmu.

Tuhan menciptakan cinta bukan untuk menghancurkan jiwa, Tuhan menciptakan kasih bukan untuk kita meratapi. Tapi Sebagai teman hati yang akan membuat hidup semakin berarti. Maafkan aku jika selama ini aku bukanlah yang terbaik bagimu, aku hanya ada dalam bayang bayangmu, tapi di satu sisi aku selalu berusaha untuk membahagiakan hidupmu dan membuatmu selalu tersenyum. Meski keberadaanku tak kau sadari, jadikanlah aku orang yang berarti bagimu. Kesunyian dan angin malam yang selalu menemani saat aku mengingatmu.

Dalam diam aku selalu menahan rindu, meski kamu tak pernah tahu akan rasa rindu ini. Aku tetap berjalan meski perlahan, Aku akan mencoba kembali berlari meski tertatih. Hidup tidak akan pernah terhenti dan waktu tak akan mau menanti. Aku akan kembali melukis mimpi hati yang tak pernah tercapai. Senandung hati ku tak pernah mengatakan "sayang" ataupun "cinta" kepadamu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami keadaan ini. Bila kau tau, disini aku selalu mengharapkanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun