Surakarta - Sampah saat ini dapat mengancam kehidupan manusia, dari segi kesehatan, lingkungan hingga kehidupan sosial. Jika sampah hanya menjadi sebuah bahan buangan yang tidak memiliki fungsi lagi, tentunya sampah tersebut akan menjadi sebuah gunungan. Karena tidak bisa dipungkiri, perilaku manusia yang setiap hari memproduksi sampah.
Berbeda dengan masyarakat RW 16 Semanggi, Surakarta. Masyarakat tersebut dapat melihat sisi lain dari keberadaan sampah. Dengan inisiasi dibentuk sebuah Bank Sampah, sampah - sampah hasil masyarakat RW 16 Semanggi dapat menjadi berkah, sejalan dengan nama dari Bank Sampah ini yaitu Bank Sampah Barokah.Â
"Uang dari Bank Sampah biasanya untuk sangu anak sekolah mbak" ucap Bu Retno selaku Ketua Bank Sampah RW 16 Semanggi.
Menyadari adanya dampak positif terhadap aspek ekonomi, masyarakat semakin termotivasi untuk aktif dalam kegiatan Bank Sampah yang diadakan setiap pekan pada hari Senin dengan program himbauan yang bernama Gemi Lampah "Gerakan memilih dan memilah sampah".
Lalu bagaimana mekanisme Bank Sampah RW 16 Semanggi ini?
Masyarakat mengumpulkan sampah dan memilahnya menjadi sampah organik dan anorganik.Â
Sampah organik kemudian dipilah kembali untuk memisahkan bahan seperti kardus, plastik, dan botol.Â
Sampah organik yang terpisah diolah menjadi kompos dan pembuatan eco enzim.
Hasil kompos dan eco enzim didistribusikan secara gratis kepada masyarakat sekitar untuk pupuk tanaman.Â
Sampah anorganik dijual kembali kepada Bank Sampah induk, sementara sebagian diolah menjadi karya seni seperti bunga, tempat tisu, atau pot melalui konsep daur ulang.Â
Terkhusus untuk sampah minyak dimanfaatkan untuk membuat sabun.Â
Pemasukan dari penjualan sampah anorganik didistribusikan kepada masyarakat setiap tahunnya. Sebagian dana, yaitu 10%, dikelola sebagai pajak untuk mendukung pengelolaan Bank Sampah, termasuk pembelian buku, pensil, dan lainnya.
Meskipun demikian, pengelolaan sampah dari makanan jadi masih menjadi tantangan bagi masyarakat setempat karena sulit terurai. Solusi untuk mengatasi sampah ini masih dalam pencarian. Dalam hal ini, masyarakat sangat mengharapkan adanya pelatihan yang dapat memberikan solusi, tentunya mereka akan dengan antusias menyambut bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut.Â
Tidak hanya dari aspek ekonomi, masyarakat juga merasakan adanya perubahan yang signifikan dari kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Sehingga kegiatan ini tentunya bisa menjadi sebuah inspirasi untuk daerah - daerah lain dalam mengatasi permasalahan sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H