Mohon tunggu...
Andi Surya Amal
Andi Surya Amal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Education is indubitably the most important vehicle for personal and societal well-being and development.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Warnanya tapi Isinya

4 Januari 2014   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388829155688222851

BUKAN WARNANYA TAPI ISINYA!

Oleh : Andi Surya Amal

Seorang lelaki tua penjual balon menyandarkan sepeda tuanya di salah satu sudut taman. Taman bermain di sebuah kota kecil yang ramai dikunjungi warga kota melepas sore hari. Seperti biasanya, di suatu sore yang cerah pengunjung anak-anak bermain dengan girang. Mereka seolah larut dalam dunia fantasi yang dibungkus kepolosan.

Lelaki tua penjual balon itu berusaha menarik perhatian anak-anak yang tengah bermain di taman sore itu. Ketika tak seorangpun memerhatikan kehadirannya, ia mencoba melepaskan balonnya ke udara. Mula-mula diambilnya satu balon berwarna kuning, mengguntingnya dan balon itupun terbang ke udara. Anak-anak yang tengah asyik bermain mulai terusik menyaksikan sebuah balon terbang. Sebagian dari mereka bersorak kegirangan, “ada balon terbang . . . , ada balon terbang . . . !”. Misi penjual balon agaknya mulai membuahkan hasil. Anak-anak itu berlari menghampiri lelaki tua penjual balon. Dua, tiga, empat, dan beberapa buah balon terjual saat itu.

Setelah merasa sepi lagi, lelaki tua penjual balon lagi-lagi mengambil satu balon. Satu balon berwarna merah dan melepaskannya ke udara. Melihat balon terbang anak-anak itu pun bersorak, “ada balon terbang . . ., ada balon terbang . . . !”. Demikian lelaki tua penjual balon menarik perhatian anak-anak di taman sore itu. Dia melakukannya berulang-ulang ketika merasa suasananya sepi lagi.

Hanya sebuah kebetulan lelaki tua penjual balon telah melepaskan beberapa buah balon ke udara dengan warna yang beraneka. Mula-mula balon berwarna kuning, lalu merah, lalu biru, lalu hijau.

Tidak berapa jauh dari lelaki tua penjual balon itu ada seorang anak kecil memerhatikan prosesi pelepasan balon satu-satu terbang ke udara. Lelaki tua penjual balon sama sekali tidak menyadari kehadiran anak kecil yang mengamatinya sedari tadi. Seorang anak perempuan berkulit hitam yang usianya kurang lebih enam tahun. Nampaknya ada sesuatu yang hinggap di benak sang anak. Diapun berjalan menghampiri lelaki tua penjual balon. Dengan kepolosan seorang anak, diapun berkata kepada si penjual balon, “Pak tua, balon-balon yang terbang itu warnanya kuning, merah, biru, dan hijau. Apakah balon yang berwarna hitam juga bisa terbang ?”.

Lelaki tua penjual balon menatap ke arah anak kecil itu sebelum kemudian mengambil balon berwarna hitam. Dia pun menggunting temali balon itu dan membiarkannya terbang tinggi ke udara. Kemudian lelaki tua penjual balon menghampiri sang anak lebih dekat lagi. Dia merunduk di hadapan sang anak, dan memegangi kedua bahunya dengan lembut. Dia menatap kedua bola mata anak kecil itu sebelum kemudian berkata, “Nak, balon itu terbang bukan karena apa warnanya, melainkan karena apa isinya”.

Ditulis di Makassar, 13 Desember 2007, update 4 Januari 2014

Catatan : Tulisan ini pertama kali dipublikasi di http://suryaamal.multiply.com/reviews/item/1. pada 13 Desember 2007 (multiply.com ditutup oleh pemiliknya tahun 2012)

[caption id="attachment_288285" align="aligncenter" width="300" caption="foto doc pribadi"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun