Mohon tunggu...
Andi Suryadi
Andi Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Investment Alchemist

Bila tak ditemukan di sini, bisa mencari ke Kompas.id, The Jakarta Post, Detik.com, Geotimes.id, Jawa Pos.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Koperasi Indonesia, Quo Vadis?

9 Juni 2023   12:17 Diperbarui: 12 Juni 2023   07:29 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koperasi Indonesia. Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Koperasi di negara maju berkedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi. Derap modernitas masyarakat dan perekonomian tak sedikit pun memiliki korelasi negatif terhadap perkembangan koperasi dan vice versa.

Menelusuri jalan historis, sukar menemukan bukti bahwa koperasi menjadi lebih buruk dibanding entitas lainnya di tengah hantaman badai krisis. Kekuatan ekonomi yang memiliki durabilitas terhadap krisis inilah yang acapkali luput dari hiruk pikuk peradaban.

Letak koperasi kini lebih sebatas jargon dan perlu diakui bahwa perjalanan pengembangannya kian suram. Pusparagam kendala pengembangan baik eksternal maupun internal, dan kontribusi minim telah menggerus status quo sokoguru perekonomian. Karut marut itu mulai dari tambal sulam kebijakan dan gerusan citra hingga vis-a-vis kerangka yang penuh kerentanan imbas lonjakan 'inovasi'.

Transformasi koperasi cenderung terpinggirkan. Tak heran kini dipandang dari kacamata hitam sehingga terlihat jadul dan tidak kompetitif sesuai tuntutan zaman. Simpul ikatan ekonomi kerakyatan pun seolah terputus. Imbal hasil proporsional membuat eksistensinya kurang diminati.

Selain itu, permodalan dan daya saing pun selalu menjadi soal yang seolah tak kunjung usai. Belum lagi, belakangan tampak celah regulasi membidani praktik mafia keuangan di industri koperasi. Wajar bila kemudian perkembangan koperasi tak begitu menggembirakan di tanah air.

Sengkarut langgeng dan pusparagam problematika lantas membuat basis digital seperti teknologi finansial (tekfin) memainkan peran pengganti ideal koperasi sebagai solusi mujur kebutuhan UMKM dan individu. Tekfin menjadi pilihan utama untuk menjawab kebutuhan di masa sulit. Pendanaan usaha dan pinjaman personal seperti instant money dan paylater sungguh bisa didapatkan dalam hitungan detik.

Proses yang mudah dan cepat itu tersedia pada berbagai platform. Solusi urusan pelik hingga remeh-temeh semuanya ada. Praktis, mempertahankan eksistensi koperasi lalu membutuhkan kepedulian dan peran yang lebih luas demi restrukturisasinya. Tugasnya berat, sebab memastikan keberhasilan fungsi moral dan ekonomi koperasi berlangsung sukses. Lantas bagaimana orientasi pengembangan koperasi sejati mesti dilakukan?

Sayup-sayup Sang Sokoguru

Wara-wiri inovasi melambungkan aktivitas kreatif dan membuat transformasi pada pahlawan ekonomi sejati cenderung terpinggirkan. Beberapa di antaranya sungguh memiliki konsep yang erat dengan koperasi, hanya julukan kekiniannya sebagai koperasi digital yang mandiri.

Konsep ini menawarkan cara baru dalam membayar dan mengelola keuangan atau sering dilabeli sebagai alternatif perbankan. Gabungan komponen blockchains, smart contracts, mata uang digital, dan nonfungible tokens oleh Web3 inilah yang dengan cepat menyebar sebagai alternatif di industri keuangan. Bukan hanya efisien, melainkan juga bauran inklusivitas, keterbukaan, dan desentralisasi menjadikannya kian populer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun