Selain itu, sebaiknya ada peraturan dan kebijakan daerah yang mendukung pengentasan kemiskinan, dengan dukungan bagi usaha kecil, pedagang kaki lima, penghapusan pajak dan pungutan terhadap hasil-hasil pertanian.
Aspek ketiga adalah strategi. Strategi mencakup arah umum, prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman, serta kerangka berpikir yang melatarbelakangi upaya penanggulangan kemiskinan.
Strategi disusun dan didasarkan kesepakatan segenap pihak yang berkepentingan termasuk kelompok masyarakat miskin agar dapat mengetahui dan memahami sampai sejauh mana upaya pengentasan kemiskinan berjalan sesuai dengan sasaran dan arah yang disepakati. Strategi sebagai pedoman kebijakan, introspeksi, koreksi dan evaluasi.
Aspek keempat adalah kebijakan dan program. Kebijakan dan program harus dapat dilakukan secara operasional, dengan proses yang terencana, bertahap dan berkesinambungan.
Disusun oleh dan berdasarkan kesepakatan segenap pihak yang berkepentingan serta disesuaikan dengan kondisi wilayah. Membuka peluang atau kesempatan bagi orang miskin, memberdayakan dan melindungi orang miskin, mendorong partisipasi semua pihak dan berfokus pada hak-hak anak dan wanita.
Aspek kelima adalah data. Data terkait dengan informasi yang akurat dan termutakhir tentang peta kemiskinan di daerah, mencakup identifikasi siapa orang miskin, jumlahnya, dimana mereka berada dan apa yang mereka lakukan untuk bertahan hidup.
Data yang mengidentifikasi dan memberi gambaran kehidupan orang miskin untuk menyusun kebijakan dan program yang bermanfaat dan tepat sasaran. Data harus sesuai dengan bobot permasalahan yang dihadapi daerah tersebut agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Aspek keenam adalah pemantauan dan evaluasi. Aspek ini harus dilakukan secara berkala sebagai bagian dari siklus program untuk menentukan efisiensi dan efektivitasnya, selain juga juga melakukan perbaikan kebijakan dan program yang masih kurang tepat. Proses ini diperlukan untuk menetapkan perkembangan, kemajuan dan adanya penyimpangan program.
Kemiskinan adalah fenomena yang kompleks di Indonesia. Kemiskinan hadir melalui kombinasi dari faktor tingkat pendidikan rendah, kesehatan buruk, dan terbatasnya akses kepada pelayanan dasar.
Sifat kemiskinan di Indonesia yang bersifat multidimensional memerlukan pendekatan baru berbasis pertimbangan 6 (enam) aspek diatas. Mengutip ucapan mantan Presiden USA Barrack Obama, yaitu “If poverty is a disease that infects the entire community in the form of unemployment and violence, failing schools and broken homes, then we can’t just treat those symptoms in isolation. We have to heal that entire community”.
Jadi, kita tidak dapat begitu saja mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan kemiskinan itu secara terpisah. Kita harus menyembuhkan seluruhnya***(ASP, 2020)