Mohon tunggu...
Andi Sardono
Andi Sardono Mohon Tunggu... PNS -

Saya lahir di Solo, TK di Jakarta (kawasan Bangka), SD di Banjarmasin (kawasan Kayu Tangi), SLTP di Bekasi (kawasan Babelan), SLTA di Surakarta (kawasan Pabelan), S1 di Makassar (kawasan Tamalanrea), dan kerja di Jakarta (kawasan Cawang). Lengkap sudah...

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengapa Tidak Beli Produk Domestik?

3 September 2015   10:40 Diperbarui: 3 September 2015   10:49 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan pegawai PT.INKA, bukan pegawai Perumka, juga bukan pegawai Kemenhub. Tapi, sebagai pengguna KRL Commuter Line, rasanya kok ada yang ‘ngeganjel’ di pikiran saya.

Berulangkali naik KRL Commuter Line produk Jepang untuk berangkat pagi dan pulang sore, membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengan Perumka yang sampai saat ini kok belum mau memakai KRL produk INKA ya? Saya coba search di google, konon karena KRL produk INKA lebih sering mogok, lebih mahal harganya (konon, daripada beli dari INKA, lebih baik beli dari Jepang), gerbong KRL produk INKA lebih lebar (konon dikuatirkan ‘nyenggol’ tepi peron stasiun di wilayah Jabodetabek), dan banyak lagi deh alasannya.

Tapi, heran saya, kenapa gerbong KRL produk INKA malah diminati di luar negeri? Ada apa ini? Harusnya, kalau memang KRL produk INKA itu banyak cacatnya, ya diberi masukan donk ke INKA-nya, bukan malah pilih beli produk bekas dari Jepang atau (mungkin) dari negara lain.

Sepertinya, ini sama halnya dengan pesawat jenis turboprop alias baling-baling produk PTDI. Maskapai penerbangan domestik lebih memilih beli produk pesawat turboprop dari luar negeri untuk melayani penerbangan jarak pendek dan menengah daripada produk PTDI. Padahal, produk PTDI banyak dipesan oleh negara-negara Asia.

Dibutuhkan kemauan dan tekad keras dari para pengambil kebijakan terkait pemakaian produk luar negeri tersebut. Bukankah dengan membeli produk dalam negeri malah akan menggairahkan dunia industri dalam negeri yang sekarang terpuruk karena kurs rupiah yang lagi turun? Simpel saja, kalau dunia industri menggeliat bangkit, maka akan banyak tenaga kerja terserap. Jika tenaga kerja terserap banyak, maka daya beli masyarakat akan bangkit kembali. Jika daya beli masyarakat bangkit kembali, maka penerimaan negara dari sektor pajak akan meningkat. Jika penerimaan negara dari sektor pajak meningkat, maka pos alokasi belanja negara akan meningkat. Kalau sudah meningkat, maka pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur di Indonesia dapat meningkat lagi.

Harapan saya, semoga era pemerintahan sekarang ini dapat berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini.         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun