Mohon tunggu...
Aida
Aida Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Martitim Raja Ali Haji

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra Cerpen "Maling" Karya Lidya Kartika Dewi

7 November 2022   17:50 Diperbarui: 7 November 2022   18:07 14828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KRITIK SASTRA CERPEN "MALING" KARYA LIDYA KARTIKA DEWI

Penulis. Aida

Cerpen yang berjudul "Maling" karya Lidya Kartika Dewi ini mengangkat kisah tentang masalah koruptor di indonesia. Cerita ini bermula, ketika keluarga Pak Cokro, merenovasi rumahnya yang sederhana menjadi rumah yang megah. Padahal dahulu, sebelum Pak Cokro merenovasi rumahnya, keluarganya dikenal dengan keluarga yang  sangat baik dan ramah kepada semua tetangganya, apa lagi kepada Bu Marni, tetangga depan rumahnya. Tetapi setelah menjadi orang yang kaya baru, keluarga Pak Cokro berubah menjadi keluarga yang sombong dan angkuh. Singkat cerita ada terdengar kabar bahwa Pak Cokro terlibat dalam korupsi di perusahaannya. Dan tak lama setelah kabar itu beredar, Pak Cokro di tangkap oleh pihak kepolisian di rumahnya.

Dalam cerpen ini, pengarang menggambarkan watak tokoh Pak Cokro yang sombong dan angkuh karena menjadi orang kaya baru. Dan dengan penggambaran watak tokoh ini, muncul berbagai konflik-konflik sederhana yang biasa timbul di masyarakat umumnya.

Dalam cerpen ini juga menggambarkan bagaimana para pelaku korupsi yang dapat mempermaiankan hukum di negeri ini dengan uang haram mereka. Seperti yang dilakukan. Pak Cokro pada cerpen ini, dia memanfaatkan sudah uang hasil yang di korupsinya untuk meringankan hukumannya dengan membeli fasilitas mewah bak hotel berbintang 5, untuk fasilitas penjaranya. Hal ini di buktikan pada kutipan di bawah ini.

"Yah, nggak apa-apalah dipenjara. Itung-itung istirahat dari rutinitas kerja," Sambung Bu Cokro. "Karena walau dipenjara saya sudah lihat, tempatnya enak seperti dihotel ada AC, kulkas, dan juga TV."

Dalam kutipan tersebut bisa terlihat jelas sekali menggambarkan betapa liciknya para koruptor dalam mempermainkan hukum di negeri ini.

Cerpen ini tidak banyak menggunakan kata-kata konotasi. Pengarang dengan gamblang menceritakan setiap kejadiannya, sehingga apa yang ia tuliskan bisa langsung tergambar dikepala pembacanya. Inilah salah satu kelebihan dari cerpen berjudul "Maling" karya Lidya Kartika Dewi ini. Cerpen ini juga erat akan nilai moral dan sosial yang tersaji secara gamblang untuk para pembaca.

Selain kelebihan, cerpen ini juga tak lepas dari berbagai kekurangan. Dalam penyampaian cerpen ini pengarang tidak menggunakan kosakata terpilih. Akibatnya, pembaca kurang tertarik untuk melanjutkan cerita sampai selesai. Kosakata rutinitas membanjiri hampir di sepanjang cerita, membuat pembaca disergap kejenuhan dan kelelahan, juga rasa malas melanjutkan cerita.

Cerita yang ditulis terlalu ingin menjelaskan kepada pembaca. Seolah-olah takut kalau pembaca tidak memahami cerita yang disuguhkan. Akibatnya cerita menjadi kurang efektif dan bertele-tele dan membuat pembacanya merasakan bosan dan jenuh ketika membaca cerpen ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun