Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahun Baru Geya

1 Januari 2024   13:19 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:43 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Geya dan jantan, dokumentasi penulis 

Ia terus menangis di sudut kandang itu. Untung saja mendung pertama di awal tahun turut menyembunyikan wajahnya yang murung. Ternyata ia senasib dengan ibunya yang juga korban para jantan-jantan. 

Pagi itu ia lupa sarapan. Ia tak pikir lagi soal makan. Ia hanya meratapi takdirnya sebagai binatang. Entah disembelih untuk acara adat-istiadat, disembelih secara binatang oleh para pemuda pemabuk itu, atau terjun pasa dunia pertarungan para jantan-jantan yang Bangkok itu. Ketiga pilihan itu adalah takdir, hanya saja mentalnya yang belum siap. Ia pula sempat memikirkan tuannya yang masih remaja itu. Semalam ia berangkat ke kota tahun baruan dan hingga pagi ini belum pulang melewati kandang-kandang ayam itu. 

Mentari pagi terus menanjak mencari celah dari hujan awal tahun yang sudah diprediksi sejak kemarin. Cuaca itu tak peduli atas nasib Geya yang murung. Ia hanya tinggal mengurung diri. Entah menunggu suara motor tuannya di gadis remaja itu atau kunjungan neneknya ke kandang baru yang penuh dengan jantan petarung itu 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun