Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etnis Rohingya di Rakhine, Dari Entitas Hingga Kehilangan Identitas

30 Desember 2023   10:11 Diperbarui: 30 Desember 2023   10:17 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsi Rohingya, sumber foto:detikcom

Rohingya pada dasarnya merupakan nama etnis yang tinggal di negara bagian Arakan/ Rakhine sejak abad 7 Masehi. Arakan sendiri adalah nama provinsi di negara Myanmar yang berbatasan dengan Bangladesh. Sehingga sedikit banyaknya kelompok etnis Rohingya mendapat pengaruh dari Bangladesh atau sebaliknya. Tidak hanya pengaruh itu, bahwa kehidupan masyarakat etnis Rohingya begitu kompleks, hingga masyarakat dunia memberinya label manusia perahu. Sebab hidup mereka terpontang panting.

Etnis Rohingnya  merupakan etnis minoritas yang beragama Islam yang diketahui berdiam di sebelah barat laut Myanmar. Mereka adalah keturunan Arab, Turki, Persia, Mogul, Pathan, Bengali lokal dan Rakhine. Di tahun 1940-19450 setelah kemerdekaan Myanmar, pada dasarnya kelompok etnis tersebut memiliki peran penting di pemerintahan, bahkan ada di antara mereka sebagai mentri di era kepemimpinan Jendral Aung San.

Seiring perjalanan waktu, terjadi gejolak politik yang sangat dahsyat di Myanmar yakni tepatnya di tahun 1960-an. Seorang Jendral bernama Ne Win memimpin gerakan politik hingga melakukan kudeta dan berhasil menjadi presiden Myanmar.  Masa kepemimpinan beliau sangat otoriter sehingga situasi keamanan di Myanmar banyak berubah. Bahkan di awal 1990an sering terjadi konflik antar etnis hingga sekarang.

Masalah entitas etnis selalu mencuat. Bisa saja faktor kekuasaan, faktor dominasi di antara mereka. Sehingga konflik antar etnis terus bergejolak. Sering terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh kelompok etnis berbeda kemudian berimbas pada perang antar etnis. Demikian situasi perpolitikan, naluri berkuasa dari kelompok tertentu yang juga menjadi pemicu adanya konflik. Hukum rimba pun berlaku, kelompok yang dominan akan mendominasi yang kecil, dan yang kecil akan tersingkirkan.

Kemudian di tahun 2012, kelompok etnis Rohingya mendapat perlakuan diskriminatif. Mereka tidak diakui sebagai kelompok etnis di negara Myanmar. Bahkan presiden Thein Sein pada masa itu menyebutnya sebagai kelompok imigran sebelum tahun 1948 dan bukan etnis yang ada di Myanmar sebelum kemerdekaan tersebut. Dalam undang-undang kewargananegaraan Myanmar tahun 1982 pun menyebut bahwa terdapat 135 kelompok etnis Myanmar dan tidak termasuk etnis Rohingya. Sebab pemerintah di era tersebut mencatut kalau saja etnis Rohingya adalah imigran sebelum pendudukan kolonial Ingris tahun 1824.

Atas dasar hukum tersebut dan pemberlakuan Burmanisasi di Myanmar secara perlahan etnis Rohingya semakin tergusur dari tanahnya. Ditambah lagi adanya relokasi beberapa kelompok etnis di Rakhine seperti etnis Rakhine sendiri dan pembangunan rumah untuk mereka sehingga etnis Rohingya di Rakhine tersingkir.

Konflik etnis Rohingya pun memuncak di tahun 2012 dimana terjadi pembakaran perumahan mereka. Lembaga dunia, PBB dan negara Eropa turut mengecam aksi tersebut namun tidak terbukti bersalah seratus persen sebab di masa tersebut sedang proses peralihan demokrasi. Dengan memuncaknya konflik tersebut sehingga etnis Rohingya merasa terancam dan melakukan pengungian ke beberapa negara tetangga hingga kini. Pengungsi etnis Rohingya yang ada di beberapa negara termasuk di Rakhine sendiri, kini kehilangan identitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun