Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rok Mini dan Kaca Mata Riben

20 November 2023   09:12 Diperbarui: 20 November 2023   09:54 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rok mini, Sumber Ilustrasi; klipartz

Rok mini N tampak bergoyang-goyang, sepertinya terkena angin, atau atas doa ustadz BJ. Memang wanita seperti N adalah tipe ustadz BJ. Sepertinya ia terkena puber kedua. Pasalnya setiap wanita yang dilihatnya dengan rok mini yang bergoyang-goyang ia pasti memperhatikannya. Lalu sesampai di rumah atau di tempat peribadatannya kembali membuka layar hape yang dipenuhi gambar wanita dengan rok mini.

N tampak biasa saja. Tak ada yang aneh dan berlebihan baginya. Ia tetap saja berjalan santai, seakan-akan ia berjalan di atas catwalk. 

Ustadz BJ juga nampak biasa saja, tidak nampak mencurigakan. Dengan kaca mata ribeng dan kamera kecilnya, ia sangat lincah. Bebas memandangi, memelototi hingga memotret dan menyimpan hasil potret secara diam-diam. Setiap usai mengajar di kelas N, tentunya ia lanjut ke studio. Di sana ada kacamata pembesar, ruang kedap suara, serta speaker untuk sekedar mendengar suara seksi N saat presentasi kelas. 

*** 

N kembali mengenakan rok merah maron. Warna tersebut sama dengan warna kesukaan si BJ, entah kebetulan atau seleranya yang tak berubah. Mahasiswi yang lalu-lalu, juga berkata demikian bahwa, selera si BJ memang beda. 

Entah ia terkena puber kedua atau bagaimana. Kenapa setiap kali BJ bertemu dengan N atau wanita dengan poster demikian dan mengenakan rok mini, si BJ selalu berkelepak-kelepak.  Si BJ mencari cara agar si N ke ruangan kerjanya.

Waktu menunjukkan pukul empat sore, si N  berusaha meyakinkan si BJ bahwa apa yang diperdebatkan di kelas adalah semata-mata hasil kerjanya sendiri. Meski di N selalu saja sibuk, tentu sebagai pekerja paruh waktu ia harus menyisihkan atau membagi waktu dengan baik. 

Sebagai pekerja malam pun ia harus tanpak fashionable. Ia harus tanpak rapi, bersih dan menjaga nama baik tempat kerjanya. Meski ia ditempatkan di front office, tetapi ia sesekali membantu bagian produksi.

Si BJ sudah mengatur rencana untuk bercanda dengan si N. Paling tidak saat N memasuki ruangan Bj, ia akan terpesona. Cermin ajaib milik si BJ sudah ditata rapi. Apakah aku terlihat gagah? Apakah aku masih terlihat muda? Katanya dalam hati, sembari bersiul. 

Terdengar suara perdebatan antara si N dengan teman kelasnya. Tanpak si BJ menyeka setiap pertanyaan yang tak berujung. Teman-teman N begitu ngotot memenangkan diskusi, layaknya teori kekuasaan bahwa siapa yang tinggi status sosialnya maka dialah yang dominasi diskusi. Sementara Bj tak peduli dengan alur perdebatan. Ia hanya fokus pada suara merdu di N.

N tiba-tiba terkejut, ia mendengarkan suaranya sendiri dari empat sudut tambah satu sumber dari atas meja kerja. 

"Ada apa dengan aku pa ustadz?"

"Kau tak perlu memanggilku dengan pa ustadz. Panggil biasa saja, bisa pak dosen, bisa juga pak BJ. Silahkan masuk de N, bujuknya dengan lembut".

"Aku di luar saja pak".

Terlibat Bj memperhatikan rok mini N, sepertinya ia tak tahan lagi kali ini. 

"Kamu cantik, katanya merayu. Sembari ia memegang pantat N, lalu memeluknya dari belakang, ia memaksa ingin menyentuhkan janggutnya ke pipi N yang memerah itu".

Sekali saja kumis dan jenggotku mengenai pipimu maka kau akan terpesona, bisiknya dalam hati. Tangan kiri BJ menyentuh mouse laptop, ia mengganti suara perdebatan dengan suara N yang lain saat ia ikut lomba nyanyi antar mahasiswa di kampus itu. 

"Sontak N menginjak kaki kiri BJ dengan sepatu kulitnya lalu kaki kanannya menendang pangkal paha BJ. Begitu ada jeda sedikit ia berteriak kencang dan berlari keluar bilik kerja BJ. Nampak ia melambai ke arah rekannya di lantai tiga, lalu memperlihatkan muka ketakutan, sedikit demi sedikit orang-orang berdatangan ke arahnya". 

Sontak ruang kerja BJ dihancurkan. Barang bukti seperti rok mini, kaca mata ribeng, laptop, dan alat perekam milik BJ sudah diamankan polisi. 

Berhari-hari kampus diliburkan lantaran, korban aksi pencabulan dan pelecehan seksual yang dilakukan ustadz BJ ke mahasiswa speak up ke media. Mahasiswa terus melakukan demonstrasi. 

Di sisi lain, pihak rektorat kampus terlihat mengusut kasus demi kasus diam-diam. Bukannya menekan pelaku malah mereka membujuk para korban agar tidak panjang lebar. 

Foto ustadz BJ di mana-mana terpajang. Di masjid kampus, di toilet, di gerbang dah di medsos pun demikian. Tertulis wanted dosen berkaca mata ribeng, segera dipecat dan dipenjarakan.

Istri Bj saat itu juga menggugat, agar ia segera diceraikan. Ia memilih janda cerai dari pada tetap berstatus sebagai istri ustad dan dosen cabul.

*** 

Pak ustadz BJ kini tinggal di gubuk sendirian. Untung saja ia punya warisan dari pamannya yang menduda itu. Ia hanya jadi petani bawang di kampungnya. Pernah sekali ia menelpon ke ayah, kalau panen bawangnya berhasil. Ia ingin berbagi ke ayah. Tetapi ayah tidak respon, lantaran jika ketahuan pihak kampus N maka ayah yang akan diinterogasi oleh pihak Polda. 

Ia masih buronan polisi. Tetapi pihak polisi tidak menghukumnya sebab pihak Polda tidak ingin ributkan jika posisi di BJ di luar propinsi. 

Jika kamu selalu menggunakan rok mini ke kampus, maka bisa saja mengundang hasrat dosen lelaki yang cabul. Apalagi dengan dosen yang suka mengenakan kaca mata ribeng seperti cerita ayah tadi nak.

Lisa kemudian mengganti rok mini kesukaannya dengan celana levis. Kali ini pakaiannya tampak casual, tidak seperti sales lagi. 

Aku berangkat dulu ayah, dah. 

Ia mengendarai mobilnya dengan tenang, jurus mengahadapi dosen cabul ia sudah kuasai, handphone perekam juga selaku standby di dalam tas. Kali ini ia juga susah tidak mudah percaya kepada dosen yang terlalu baik, ustadz, ataupun siapalah. Katanya dalam hati bahwa semua lelaki sama saja, mereka tak pernah pikir istri di rumah, anak-anaknya demikian juga karirnya.

Penulis

Andi Samsu Rijal.

Kasus tersebut merupakan fiktif belaka, namun ide cerita berangkat dari pemberitaan di media sosial yang semakin marak adanya pelecehan seksual di lingkungan kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun