Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepak Bola Belanga

31 Juli 2023   23:04 Diperbarui: 2 Agustus 2023   08:55 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumanga sekawan sangat semangat. Pasalnya jika even ini berhasil maka mereka bisa lanjut sekolah SMP. Tak lama lagi Belanga akan menjadi kampung percontohan kata kawanan mereka. Kita bisa lanjut SMA jika even ini berhasil kata mereka yang gagal sekolah lanjut lantaran pertikaian antar remaja, pemuda hingga orang tua dari tiap kampung.

Ada-ada saja permasalahan yang terjadi di kampung itu. Sepak bola tarkam sudah puluhan tahun tidak diselenggarakan sebab banyak yang masih menyimpan dendam. Namun ini merupakan generasi ketika yakni Sumanga sekawan. Sehingga sebagian di antara mereka bukan pelaku pertikaian tetapi mereka orang baru lahir kemarin. Di hati mereka hanya ada cita-cita dan ambisi. Mereka tidak perduli dengan pertikaian sebenarnya tetapi karena cerita dari pemuda Belanga maka mereka menjadikan itu bahan gosip.

Sore yang begitu cerah, Sumanga dan kawan-kawan berdiri di pojok lapangan sebagai penyambut tamu undangan. Pak Unding sedang di podium alias di bawah tenda biru. Ia berdiri bersama pak Camat, pak Desa Belanga, dan beberapa kepala Desa lainnya. Pak Unding juga nampak ceria, sesekali membisik kepada Babinkamtibmas, Babinsa, Danramil dan Kapolsek bahwa tolong kami dibantu dan ayomi. Minta tolong dikerahkan tim intel dari TNI dan Polri agar provokator segera dapat tertangkap.

Angin di sore beserta sorak sorai penonton terbang bersama debu. Kasus demi kasus pertikaian seakan larut dalam keramaian. Petugas kepolisian terus menjalankan perannya, ada yang berpura-pura sebagai penonton serius ada pula yang keliling di pinggir lapangan memantau. Mereka mencari suara para provokator yang selalu berteriak bentrok. Demikian anggota TNI yang memakai pakaian dinas tampak berdiri di baris lapangan, sementara yang berpakaian biasa sedang berada di kerumunan penonton.

Kerjasama yang dibangun panitia pertandingan sepak bola bersama jajaran TNI dan Polri cukup berjalan lancar dari hari ke hari hingga ke babak perempat final. Beberapa riak-riak dari tim yang kalah duluan juga semakin memancing keributan tetapi pimpinan komplotannya sudah ditangkap duluan. Demikian kepala desa mereka masing-masing sudah siap panggil ke kantor polisi jika ada lagi yang berbuat kerusuhan.

Pertandingan ini adalah pertandingan pertama pasca kerusuhan berdarah. Belanga berdarah 15 tahun lalu hingga saat ini belum tuntas kasusnya. Para pelaku sebagian masih di balik jeruji, sebagian lainnya pula baik pelaku maupun korban tentu mereka trauma sehingga tidak satupun berani memulai pertikaian.

Esok sore adalah pertandingan final antara tim kecamatan dengan tim desa tetangga. Sementara tim Belangan kalah di babak penyisihan. Mereka memang bukan menargetkan ke babak semifinal sebab baru sebulan dilatih oleh pak Unding.  Target tim Belanga yakni ingin mensukseskan even. Pertandingan sepak bola yang paling dirindu warga kampung tak hanya di Belanga tetapi sekecamatan turut hadir memadari lapangan kampung Belanga.

Para petani dan nelayan turut hadir menyaksikan perhelatan 28 tim yang sedang bertanding. Seakan pertandingan tersebut adalah hiburan berharga mereka. Padi yang kekeringan dan ikan yang enggan naik. Seakan waktu terhenti sejenak, mereka seakan dihentikan dari rutinitas sehari-hari mereka. Tak tanggung-tanggung semua warga di Belanga baik petani, nelayan hingga warga lainnya dari profesi berbeda ikut menjadi sponsor. Ada yang menyumbang uang, makanan, minuman, hingga jadi relawan.

Sumanga tak pernah jauh dari pak Unding. Ia seakan memeluk pak Unding di keramaian itu. Mereka tak menunggu pertandingan final esok hari untuk selebrasi. Saat mereka berpelukan tiba-tiba orang tua Sumanga pun datang menghampiri. Ini pertanda bahwa tahun depan ia bisa lanjut sekolah di SMP kecamatan. Sumanga pun ada alasan untuk tidak hanya bertani dan mengembala di Belanga. Teman-teman Sumanga pun lainnya punya semangat membantu orang tua mereka.

Remaja-remaja Belanga kini sudah dikenal oleh para pejabat kecamatan, Polri dan TNI yang berkantor di kecamatan. Mereka seakan seperti backingan remaja Belanga jika kelak mendapatkan penganiayaan seperti orang tua mereka dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun