Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mappaenre

3 Agustus 2023   06:49 Diperbarui: 3 Agustus 2023   08:38 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar mappalili hampir sama dengan ritual mappaenre, sumber gambar; komunal DJKI

Ibu-ibu yang ikut mappaenre atau yang punya hajatan kemudian mengikuti petunjuk Daeng Sadi. Mereka ngesot mengitari rumah-rumahan itu dan mereka pula harus ngesot mundur ke tempat yang lebih luas. Mereka juga tidak bisa berdiri tegak sebab akan terkena atap rumah Ibu Aliyah.

Nampak Daeng Sadi memimpin doa bersama dan diaminkan oleh para ibu-ibu yang ikut pada prosesi tersebut. Setelah prosesi itu selesai mereka kemudian memakan makanan yang telah dibaca tadi, sebagian dibagikan kepada warga kampung Belanga.

Tuhan begitu kuasa menciptakan manusia dan mematikan manusia dengan caranya, kita sebagai manusia biasa hanya meyakininya dan mensyukuri atas hidup kita dengan cara berbagi, ucap Daeng Sadi sembari menutup doa makan.

Ia kemudian mundur dan sandar di tiang rumah sembari mengisap cerutunya dalam-dalam seakan apa yang telah dilakukannya telah terlaksana dengan baik. Ibu Aliyah pun kembali mengumpulkan sarung-sarung batik kemudian sarung-sarung itu digunakan membungkus makanan kepada semua yang datang untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Suara adzan berkumndang dari arah Selatan, para tamu termasuk Daeng Sadi beserta Ibu-Ibu Belanga pamit undur diri dengan bekal masing-masing. Terkecuali Daeng Sadi akan diantarkan ke rumahnya oleh salah satu asisten Ibu Aliayah. Dari arah Selatan pula terdengar suara kaki anak-anak Belanga sedang berebutan makanan, ada yang mengantongi pisang, telur, kelapa, ada pula yang sedang asyik memunguti uang-uang koin dan uang kertas yang berserakan di depan arajang. Namanya anak-anak mereka tidak takut sama sekali dengan ancaman Daeng Sadi untuk tidak ribut dan berebutan makanan di depan Arajang. Ibu Aliyah yang kelelahan hanya mampu berbaring di kasurnya di depan Arajang, sesekali dikena hantaman kaki anak-anaka yang sedang berlarian berebutan. Ia tak peduli seakan kecapean sudah setengah hari melayani acara Mappaenre.

*Tokoh di dalam cerita ini fiksi belaka, mohon maaf jika ada kesamaan nama dan tempat. Penulis tidak bermaksud apa-apa kecuali menceitakan sesuatu yang pernah direkam oleh penulis pada sebuah rumah adat dan pada suatu masa beberapa tahun silam di tanah Bugis Sulawesi Selatan. Sekali lagi mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengungkapan cerita.

______

1 Mappaenre adalah kebalikan dari mappano risalo, Mappaenre merupakan prosesi syukuran pada kelompok budaya masyarakat Bugis. Kegiatan tersebut bisa berupa berdoa kepada Sang Hyang Sang dewi padi di rakkeang sembari menyiapkan makanan dan makanan tersebut disedekahkan kepada siapa saja yang hadir. Mappaenre juga diartikan sebagai berdoa kepada Tuhan YME dan mengirimkan doa kepada orang-orang yang telah mendahului kita, namun tidak seperti orang shalat melainkan melakukan ritual tertentu di atas rumah.

2 Bissu adalah kaum rohaniawan yang gendernya merupakan campuran laki-laki dan perempuan. Bissu juga dikenal sebagai tokoh spiritual yang dianggap sakti dan memiliki posisi sakral dalam kegiatan kebudayaan.  

3 adongkoreng adalah istilah bagi seseorang yang kerasukan jin. Ini dapat terjadi apabila yang bersangkutan kurang fokus atau sedang dalam keadaan letih dan lemah, atau bisa saja karena melanggar sesuatu yang telah disepakati bersama. Hal ini biasa terjadi pada prosesi kebudayaan atau saat di kerumunan.

4 mabbaca adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an atau bacaan tertentu yang dipahaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun