Di bawah pohon cemara ini, kita enggan beranjak, padahal kita sendiri yang meminta gerimis di awal kemarau. kini gerimis datang menyapa di akhir senja, daun-daun tidak berjatuhan dulu, ia menyambut huruf-huruf gerimis mengukir angka membasuh debu. daun-daun seakan memeluk kenangan semalam atas embun yang jatuh hanya sedikit hingga pagi mengering sebelum mentari datang. tanah dan tanaman di taman masih mengering padahal ini baru awal kemarau.
di bawah pohon saat gerimis senja tiba, hati terasa teduh lalu kita saling memandang. tak ada yang salah, kita tak boleh salahkan hujan pada daun itu, senja pada rindu, mata yang tertuju pada bibir tipismu yang mengering tertutupi lipstip merah maron.
akankah hujan ini sampai di kota tua, atau ia mendatangi pula rumput tetangga di kampung kita. bertanya sederet kata dari wajah pucatmu. kau masih terpikir akan sawah kepada padi yang tergunus, padang pada gembala, sumur pada wanita yang setiap pagi berdandan.Â
penghujan masih lama, ini hanya hujan bunga mangga kata nenek. hujan senja memang hanya pengantar malam agar kita saling berpeluk lalu sujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H