Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Toko Buku Beralih Menjadi Komunitas Literasi

29 Mei 2023   16:26 Diperbarui: 29 Mei 2023   16:23 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya toko buku yang tutup karena kolaps turut mengancam sendi-sendi kehidupan sebagian kelompok masyarakat yang bergelut dalam dunia perbukuan. Pemilik toko buku tentu merasa dilema melihat turunnya minat pembeli buku cetak dan maraknya pembajakan buku serta hadirnya pula buku digital. 

Masyarakat yang biasanya jajan buku original terkadang merasa terpancing dengan buku bajakan yang sangat murah Sehingga mereka beralih dari buku original ke buku bajakan. 

Demikian dengan hadirnya buku digital yang bisa disimpan di smartphone dan di laptop serta bisa dibaca kapan saja dan di mana saja membuat pencinta buku semakin beralih dari buku cetak ke buku digital. Situasi seperti ini membuat pemilik toko buku terpaksa gulung tikar.

Namun di balik tutupnya toko buku, tidak hanya pemilik yang ikut merasa kehilangan. Beberapa orang yang bergelut dengan perbukuan tentu merasa kehilangan seperti karyawan toko buku, kurir pengantaran buku, mitra toko buku lain seperti penerbit, penulis dan sebagainya. 

Satu tempat kerja yang tutup di Indonesia banyak yang kehilangan pekerjaan dan harus mencari pekerjaan baru lagi. Sementara untuk bersaing dengan pekerja baru (fresh graduate) tidaklah muda.

Lalu bagaimana menyiasati tutupnya beberapa toko buku di kota besar? Beberapa langkah yang dilakukan oleh pegiat literasi jauh hari sebelum toko bukunya tutup antara lain mereka mendirikan komunitas literasi. 

Komunitas literasi ini tentu bertujuan mendukung kelancaran perbukuan. Bukan hanya kelancaran jual beli buku di toko buku tersebut melainkan adanya inovasi dan nuansa keilmuan dalam kegiatan literasi di dalamnya. Komunitas literasi ini biasanya dibuka oleh pemilik toko buku yang dari awal merupakan pencinta buku dan literasi.

Lika liku dunia perbukuan seakan terjadi pasang surut. Terkadang di awal sangat menjajikan. lima tahun hingga 10 tahun atau fase kdua mulai menurun omsetnya. 

Bukan hanya minat baca buku yang kurang tetapi perkembangan zaman. Baik karena adanya buku digital (e-book) maupun karena adanya saingan baru yang lebih menawarkan buku-buku murah. Belum lagi maraknya pembajakan buku original hingga menjual buku-buku jauh di bawah harga standar. 

Hal ini sering kita dapatkan di market place tertentu. Sebab sangat mudah menjual buku bajakan dengan tidak berinteraksinya secara semuka antara penjual dan pembeli.

Sehingga kehadiran komunitas literasi yang berafiliasi dengan toko bukua atau dari toko buku ke komunitas literasi bisa saja tidak melahirkan kerugian besar bagi pemilik. Karyawan toko buku yang sebelumnya hanya menjaga outlet tentu bisa diajak bergabung sebagai volunter atau kontributor dalam setiap kegiatan komunitas. Apalagi saat ini banyak programa yang dijalankan oleh pemerintah terkait pengembangan literasi sehingga perlahan komunitas literasi bertahap akan maju dan berkembang.

Lalu apa saja kegiatan komunitas literasi yang terkait dengan toko buku? Beberapa hal yang bisa dilakukan komunitas literasi tersebut yang pertama melakukan diskusi buku baik online maupun offline dengan menghadirkan penulis, penerbit, pembahas dari pakar, atau dari pelanggan toko buku yang memiliki kecakapan dalam hal yang didiskusikan. Kegiatan berikutnya adalah membangun histing atau domain sehingga setiap kegiatan dapat dipublikasikan atau diarsipkan pada laman. 

Pada lama tersebut tentu tidak hanya berisi tentang buku saja melainkan hal-hal yang sifatnya kontemporer. Ketiga adalah melakukan program kerjasama komunitas, baik antar komunitas literasi dengan toko buku, maupun komunitas lain yang sifatnya relevan dengan aktivitas literasi. Kegiatan kerjasama komunitas bisa melibatkan pemerintah untuk melakukan bakti sosial hingga penyuluhan literasi. 

Kegiatan komunitas literasi selanjutnya atau keempat yakni bisa saja menyelenggarakan even baik even festival penulisan, seminar, sayembara kepenulisan,  pameran buku, hingga pendampingan penulis sampai pada penerbitan. Upaya ini tentu sudah hal biasa bagi toko buku dan komunitas literasi. 

Kegiatan komunitas literasi tersebut tentu tidak mudah sebagaimana yang dibayangkan. Bahkan yang terpikirkan bagaimana membiaya anggota di dalam komunitas. 

Ada banyak hal yang bisa dilakukan lainnya yakni anggota di dalam komunitas perlu dianjurkan untuk memiliki inovasi pula misalnya bagaimana menghadirkan cafe baca dalam komunitas, percetakan buku, percetakan baju, percetakan merchandise, penjualan buku online, belajar membuat proposal even, hingga belajar menjadi mentor jika sewaktu-waktu ada even.

Dengan kehadiran komunitas tersebut paling tidak dapat membantu toko buku sebagai usaha utama agar tidak bangkrut. Bahkan di beberapa komunitas literasi sudah didaftarkan sebagai organisasi komunitas yang terdaftar di Kesbangpol dan telah mendapat akta notaris. Cara-cara administasi ini juga dapat dilakukan agar sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pemilik toko buku dan pendiri komunitas litetrasi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun