Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kepala Sekolahku Dulu (1)

21 Mei 2023   06:57 Diperbarui: 21 Mei 2023   06:58 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang membuatnya takut kepada kepala sekolah TK itu. Apakah ia dipaksa bernyanyi? Dihukum jika tidak tahu membaca? Di larang bermain? Atau jangan-jangan ia pernah dilecehkan satu sekolah?

Sore semakin ramai di depan rumah Sum Sum. Warna senja semakin jingga. Tak ada pelangi di sore itu. Hanya ada anak-anak menari di lapangan, anak- anak kecil berlarian dengan riang gembira. Seakan tidak punya beban atau sosok yang ditakutinya seperti di masa anak-anak Sum Sum. Kini ia hanya memandangi foto ibu guru di dalam album itu. Sesekali ia memotret keceriaan anak-anak yang sedang bermain petak umpet, ada yang bermain tali, ada pula yang menangis dengan keras hingga terdengar di ujung lorong depan rumah mendiang Bu Rahma.

Sum-Sum bergegas mandi sore lalu ia siapkan baju muslim, peci, dan sarung. Ia ditugaskan jadi MC di acara tausiah malam ketiga usai shalat isya untuk mengenang kepergian ibu Rahma kepala sekolah TK itu. Yah ibu Rahma yang juga dikenal ramah kepada semua ibu-ibu di Belanga. Di malam itu selepas ustadz Bana berceramah tentang kehidupan dan kematian. Kehidupan setelah kematian, atau hadirnya orang orang mati di kehidupan orang orang hidup. Jamaah antara percaya dan tidak. Jika orang mati bisa melihat kita apalagi mendengar kita sewaktu waktu jika ia ada. 

Ibu-ibu tetap bergosip sembari menyantap pisang goreng (banana crispy). Gosip mereka tentang ibu Rahma, jikalau sebelum ia meninggal pernah berpesan kepada orang-orang yang pernah diajar demikian kepada semua orang tua murid untuk tidak percaya atas rumor yang beredar bahwa ia adalah "guru yang suka memeluk anak murid lalu menciumnya". Ia juga bukan seperti sosok perempuan gemuk yang hobi memakan anak anak layaknya aktingnya di film guru gokil guru cabul. Itu hanya acting. Ia memang pernah tidak sengaja hampir terjatuh dekat tempat permainan lalu memeluk Sum Sum. 

Is juga mencium Sum Sum hingga pipinya seharian merah bekas lipstik Bu Rahma yang tidak hilang. Sum Sum pun diketawain sekampung kalau ia akan selalu memimpikan ibu guru sebab itu ciuman pertamanya. Akhirnya bu guru pun terkadang bercanda kepada  muridnya jika masih selalu menangis dan ngompol di sekolah maka ia tidak segan memeluknya, menciumnya, atau memasukkan dalam bajunya yang besar itu lalu ia telan, katanya.

Malam semakin larut, Sum Sum pulang ke rumah lalu mengabari teman- teman TK dulu bahwa ibu Rahma betul adalah sosok perempuan dalam film guru gokil itu. Ciuman Bu guru dalam film adalah kutukan, pelukan ibu guru dalam film adalah musibah bagi anak lelaki sebab ia akan menurun kejantanan dan ketampanannya. 

Sutradara film ibu guru gokil turut hadir dalam Taksiah ibu Rahma. Ia sempat merekam menjadikan kisah penutup guru gokil yang bertaubat sebelum mati. Sutradara film itu tak lain adalah adik ipar ibu guru Rahma yang merupakan pemenang nominasi film pendek. Bisa saja almarhum ibu guru Rahma kepala sekolah TK itu hadir menyaksikan ketakutan anak-anak muridnya dulu, menyaksikan ibu ibu yang hanya datang bergosip. Trauma Sum Sum pun berangsur berkurang setelah anaknya tamat TK di kampung sebelah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun