Dear Desaku
Hari ini aku baik baik saja dan sedang memikirkan tentang mu. Bagaimana kabarmu di sana? Sudah berapa tahun kita tak bersua? Bagaimana kabar sawah Sawahan, ladang, sungai tempat aku berenang? Bagaimana kabar masjid yang setiap tahun dipenuhi perantau hingga orang berlebaran di sepanjang jalan. Warga kampung bagaimana kabarnya? Rasanya rindu ini tak bisa tertahan.Â
Rumahku berdiri tepat di depan lapangan sepak bola menghadap ke timur, berhadapan dengan sekolah dasar negeri 221 Pattiro Bajo yang diberi nama sekolah dasar ibu kandung pertiwi. Di belakang rumah ku di penuhi pekuburan para tetua kampung. Pastinya di halaman depan rumah ku dipenuhi kendaraan orang orang kota yang datang berziarah silih berganti. Di belakang rumahku pastinya kuburan beraroma lagi setelah setahun tak pernah diziarahi. Anak anak pasti senang bunga dan air gelasnya semakin laris. Para juru parkir pasti ikut senang.
Apakah sungai tempat mandi di sore hari juga merindukan ku. Atau kah airnya sudah asin, tebing tebingnya sudah sudah dikeruk dijadikan pasir bangunan mewah di kota. Ladang dan kelapa muda di sana apakah masih menghijau atau sudah terjual buat perumahan orang orang kota?Â
Ayahku berlebaran sendirian. Bagaimana kabarmu di sana? Tak usah kau menangis takdir kita. Anggap saja cobaan dari pencipta adalah sedekah umur agar umur dan hidup kita diperpanjang dan diberkahi. Ibuku Ibuku di dalam kuburan menanti doa dan kebaikan dari kita yang masih hidup tentunya. Usahlah ditangisi semua itu. Itu sudah suratan takdir. Coba berjalan ke kuburan berapa banyak yang sudah terkubur. Coba ke rumah sakit berapa banyak orang tidak berlebaran. Coba ke kota berapa banyak yang ingin mudik tapi terhalang berbagai situasi.
Dear Ayah ku bersabarlah! Kesabaran mu yang ditunggu oleh pencipta. Dear kampung ku, tunggulah pemimpin yang adil dan bijaksana. Rumah ku dan kuburan adalah saksi berkembang tidaknya kampung itu. Ladang, sungai, bukit serta sungai akan bersaksi keelokan alam ku yang asri.
Dear kampung halamanku aku merindukanmu selagi masih ada nama ayah ku di rumah tua itu, selagi kuburan ibuku tidak terganti dengan perumahan baru.
Salam dariku Andi Samsu Rijal
Di rantauan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H