Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Prahara Pagi dan Bidadari

4 April 2023   06:13 Diperbarui: 4 April 2023   14:12 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menunggu telpon berdering
Pagi ini tidak seperti kemarin,
hujannya tidak deras, hanya sedikit gerimis, rintik, sepertinya sisa hujan semalam yang belum usai menuntaskan rindu.


sesekali matahari pagi mengintip dari arah tenggara, tempiaskan cahaya di balik bunga-bunga di halaman depan rumah hingga ke kamar depan, kamar pengantin kami dulu.

Jika matahari pagi menghilang. Bidadari bidadari itu bergegas ikut ke kali mandi pagi di ujung kaki pelangi, seakan bersembunyi di pinggir gunung kapur itu yang tak sempat ditambang.

Aku masih saja berbaring menunggu telepon berdering. Jam weker, sudah tidak berdering, aku menunggu pengingat waktu yang lain.

Jendela sedikit terbuka, aku menggigil, dipeluk selimut, aku balas memeluk tubuhku sendiri, sedari tadi meraba hangat. Tak ada saja yang peduli, aku yakin dedaunan jatuh dari sisa hujan kemarin, bulir padi yang menguning itu adalah sisa sengketa embun dan hujan kemarin. Aku harap daun yang jatuh ke tanah, padi jadi nasi kembali ke tanah keduanya tidak menagih hujan. Semoga saja huruf yang aku tulis tidak basah sebelum kau baca. Juga tidak bersengketa antara sajak hujan dan awal kemarau. Aku harap tidak jadi apa-apa sebelum kau bertanya mengapa? Sebab Sajak berisi mantra Itu, buatmu harap kau baca kau dekap. Aku tidak ingin beranjak jikalau kau bertanya mengapa? tanpa kita apa-apa, bacalah huruf sajak-sajak pingkan ini. kali ini saja, kutunggu telpon berdering sekali saja, aku yakin itu kau. Hanya kau yang tahu, Ping! Ping! Ping! mungkin kau lupa jalan ke telepon umum.

masihkah ada bidadari mandi di kali? tanyaku pada pelangi! Pagi tak perduli, aku yang harus beranjak dari mimpi.

berlari aku mencari mentari, dari mana dan kemana ia menyinari. kata bidadariku, mentari mengitari kita ayah? kitalah yang mabuk, berputar-putar bersama bumi.

masih saja telpon tidak berdering, Ping! Ping! Ping! layar HP bergetar, tak ada Quota hari ini telpon umum sudah dibajak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun