Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Segar

Suka Duka Sahur dengan Mie Instan

4 April 2023   02:34 Diperbarui: 4 April 2023   02:35 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mie instan adalah makanan pemersatu bangsa. Pasalnya menu yang satu ini hampir sudah dicipis semua oleh masyarakat Indonesia. Terlebih anak-anak remaja dan mahasiswa. Dunia mahasiswa selalu identik dengan pemakan dan penyuka mie instan. 

Pertama menu tersebut murah meriah, kedua menu tersebut sangat praktis, ketiga menu tersebut tidak mudah basi, dan yang keempat mie instan selalu menggunggah selera makan. Sehingga menu mie instan selalu menjadi tren bagi masyarakat kita di Indonesia. Menu tersebut baik disajikan sebagai makanan penyerta, kudapan atau pun sebagai menu makanan pokok (dalam artian sudah dikonsumsi sebagai pengganti nasi).

Saya salah satu orang yang sulit move on dengan godaan mie instan. Di rumah tidak bisa kosong mie instan, istri saya selalu nyetok. Namun juga menjadi dilema bagi kami jika anak-anak selalu minta dibuatkan mie instan. Sehingga kami berupaya meminimalisir makan mie instan di rumah, yakni pada waktu-waktu tertentu. Sebab makan mie instan tiap hari juga kurang sehat bagi anak-anak.

Jauh sebelum ramadan tiba, kami sudah menyediakan mie instan sebagai makanan alternatif. Baik untuk sajian makan sahur maupun untuk makan tengah malam jika sewaktu-waktu lapar.

Sahur dengan mie instan menjadi dilema bagi saya pribadi sebab setiap makan mie instan khususnya pada saat sahur maka saya harus ngemil atau minum yang manis-manis. 

Sehabis makan mie instan saya selalu mencari makanan kue-kuean dan minum kopi atau teh hangat. Entah hanya saya yang rasakan atau bagaimana. Selain itu bahwa saya tidak bisa makan mie instan tanpa ada sayur atau lauk-pauknya. Rasanya kurang lengkap tanpa ada menu penyertanya. 

Mie instan selalu menggugah selera makan. Terlebih saat sahur, di mana nafsu makan terkadang kurang ditambah suasana ngantuk, dan keburu imsak. Dalam situasi ini mie instan menjadi pilihan bagi saya. 

Namun saya tidak bisa makan mie instan di warung atau di rumah orang. Untuk makan mie instan, harus saya sendiri yang masak atau istri saya. Pasalnya mie tersebut biasanya saya masak dua kali. Kuah pertama saya harus buang, dan kuah kedua nanti baru saya gunakan. 

Entah ilmu dari mana, namun cara ini saya sudah gunakan sejak lama. Dengan pertimbangan bahwa kuah pertama untuk sekedar mencuci, soalnya bahan tersebut pabrikan pernah bersentuhan dengan mesim dan juga tentu banyak pengawet. Dengan cara demikian saya tidak meragukan lagi sajian mie instan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun