Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa dan Media Sosial di Indonesia

2 April 2023   23:10 Diperbarui: 2 April 2023   23:31 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penggunaan bahasa Indonesia pada media sosial,sumber ilustrasi: Tabungananak.com

Pengguna Media sosial di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Sebuah penelitian dari perusahaan We Are Social mengungkapkan bahwa jumlah pengguna media sosial Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 167 juta jiwa, dalam artian kurang lebih 60 % masyarakat Indonesia menggunakan media sosial. dari total angka tersebut tercatat sekitar 110an jumlah pengguna aktif media sosial. 

Media sosial yang sedang marak digunakan oleh masyarakat Indonesia mulai dari Facebook, Twitter, TikTok, Instagram dan YouTube. Bahkan setiap tahunnya terdapat peningkatan empat persen jumlah pengguna media sosial kita. 

Peningkatan jumlah pengguna media sosial di Indonesia tersebut tentunya berdampak pada berbagai aspek termasuk pada aspek penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa dalam aritian tidak terbatas pada Bahasa Indonesia saja melainkan juga pada bahasa lainnya.

Mengingat sungsi bahasa sebagai salah satu medium komunikasi yang utama dan efektif bagi manusia. Tentu bahasa akan digunakan dalam keberlangsungan interkasi satu sama lain. Namu bahasa pada media sosial sangat berbeda dengan bahasa lisan atau pun dengan bahasa tulisan lainnya. 

Bahasa media sosial dapat merupakan bahasa lisan namun dituliskan layaknya saat kita berkomunikasi semuka. Namun dalam prakteknya, penggunaan bahasa pada media sosial cenderung berubah dengan apa yang kita ucapkan dengan apa yang kita tuliskan pada menu perpesanan (message dalam bahasa internet Facebook, inbox dalam komunikasi telepon seluler dan DM dalam bahasa Instagram), caption (keterangan gambar), twit (dalam bahasa Twitter), pada kolom komentar atau pada menu lainnya yang memungkinkan pengguna menuliskan idenya (seperti pada beranda Facebook apa yang kamu pikirkan hari ini). 

Hal ini terjadi karena adanya media yang mewakili pengguna untuk berkomunikasi sementara media tersebut memiliki keterbatasan. Baik keterbatasan karakter dan jenis huruf yang digunakan maupun keterbatasan pengetikan yang berebeda ketika kita mengetik di laptop. Sebab umumnya komunikasi pada media sosial lebih dominan menggunakan handphone.

Komunikasi antar sesama pengguna media sosial dapat disebut sebagai komunikasi daring (dalam jaringan). Sebab dalam keberlangsungan komunikasi tersebut menggunakan alat komunikasi seperti handphone yang terhubung dengan jaringan internet. 

Dalam komunikasi tersebut pengguna sebagai pembicara pertama menyampaiakn sesuatu seolah-olah ia berhadapa langsung dengan pembicara kedua meskipun tidak terbaca atau terbalas secara langsung. 

Komunikasi tersebut juga didasari dari berbagai motif, baik dalam hal ingin menginformasikan, memberitakan sesuatu, update status, memperlihatkan riwayat aktivitas (story), hingga representasi diri pengguna (sebut saat ini sedang viral dengan istilah flexing).

Peningkatan jumlah pengguna seperti disbeutkan di awal akan menyebabkan adanya interaksi komunikasi pada media sosial yang semakin kompleks. Di Indonesia saja terdapat beragam suku dan bahasa. Bayangkan jika semua pengguna media sosial menggunakan Bahasa Daerah masing-masing dalam berinteraksi di media sosial. 

Atau semua menggunakan Bahasa Indonesia tetapi dengan dialek daerah masing-masing. Berbeda pada komunikasi yang sering kita jumpai di layar televisi, didominasi dengan penggunaan Bahasa Indonesia dialek Jakarta. Namun dalam komunikasi pada media sosial terdapat beragam bahasa yang digunakan oleh pengguna, dan hal tersebut tidak terkontrol.

Dampak kehadiran media sosial sebagai produk teknologi komunikasi terhadap bahasa sangat terasa. Beberapa bahasa yang digunakan oleh pengguna media sosial acap kali hilang dari esensi kebakuan suatu bahasa baik itu pada Bahasa Indonesia sendiri maupun pada bahasa lainnya. Ada kecenderungan penggunaan bahasa gado-gado seperti bahasa gaul, internet slang, dan juga penyingkatan kata serta menggabungkan kata dengan angka. 

Sadar atau tidak sadara, hal tersebut dapat dimaknai sebagai permainan bahasa yang dilakuak oleh pengguna. Bahkan ada semacam kecenderungan mencapur antar bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahasa fenomena kebahasaan pada media sosial yang begitu kompleks sulit terhindarkan.

Salah satu pakar linguistik kenamaan yakni David Crystal dalam bukunya Internet Linguistik (20006) menyebutkan bahwa internet hari ini hadir sebagai keniscayaan dan berada di hadapan manusia. 

Bahasa yang digunakan masyarakat dalam berkomunukasi menggunakan jaringan internet tidak terlepas dari adanya pengaruh bahasa internet itu snediri. Ia mencontohkan bahasa bahasa Internet itu seperti bahasa global dan telah disepakati serta diterima oleh pengguna mana saja. Sebut di antaranya windows, mouse, hardware, software dan sebagainya. 

Bahasa tersebut menurut David Crystal akan bercampur dengan bahasa pengguna baik bahasa nasional maupun bahasa daerahnya. Selain yang digambarkan oleh Cystal tersebut hal lain yang kemungkinan muncul bahkan lebih kompleks lagi adalah adanya perbedaan generasi kita yang dalam ruang virtual kita bertemu antara lain generasi milenial dan generasi Z. kedua generasi ini saja memiliki perbedaan kecenderungan penggunaan bahasa baik dalam komunikasi semuka hingga terbawa dalam komunikasi pada media sosial.

Melihat perkembangan teknologi komunikasi dan meningkatnya pengguna media sosial yang berdampak pada penggunaan bahasa tertentu khususnya pada bahasa kita yakni Bahasa Indonesia akan menjadi sebuah permasalahan dalam diskursus ilmu pengetahuan. Hal tersebut sangat menarik untuk diungkapkan secara ilmah dengan melibatkan berbagai perspektif ilmu pengetahuan pula.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun