Saat bulan merayu, aku mencoba membaringkan tubuh, tak berharap terlelap, jua tak berharap akan lelah.
Aku baring melengkung layaknya pistol mainan anakku, bisa saja lantaran aku mengingatnya saat terjaga, di sini aku memeluk daster perempuan itu yang dipanggil ibu oleh anakku, sembari tangan tangan lain mencumbu boneka kelinci.
Bisa saja ini pertanda aku selalu memikirkannya di awal malam. Betul kata pepatah ingatlah aku di awal malam niscaya kita saling terjaga di antara lelah dan terlelap.
Rembulan tetap merayu, seakan mengikuti irama malam ini, aku terbaring dalam pelukan itu, menjagamu dari kejauhan, adakah mimpi yang menuntun kita, sekedar hanya saling sapa, adakah ragaku bisa mengantarkan semua mimpi itu hingga esok pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H