Aku mencari mu di tumpukan kertas-kertas semalam yang telah aku baca. Tak ada namamu tertera di antara huruf-huruf mati dan huruf hidup, apakah kau ini adalah kata dasar yang sedang membutuhkan aku sebagai awalan dan akhiran, atau jangan-jangan kau ini adalah partikel yang memilih jalan sendiri.
Di perpustakaan kampus, tak ada alamat di katalog tentangmu, di perpustakaan kota, kota yang ramai itu, sepi pembaca, di sana tak ada namamu dalam daftar pengunjung atau pada daftar bacaan orang-orang. dulu kata pemustaka orang-orang senang buku komik, buku panduan memasak, tapi sejak adanya ini dan itu, kini tak ada buku-buku yang bercerita tentangmu.
Di rak buku di rumah, di sudut kiri atas, hanya buku sejarah yang tidak menyejarah, buku sejarah dulu ditulis ulang agar terlihat ngeri begitu saja, untung saja ada pramudya ananta toer yang rela terpenjara demi sejarah.
Di buku catatanku, pula tak ada kisah tentangmu, aku heran, kau ini masa lalu atau depan, masa lalu yang belum sempat aku maafkan atau masa depan yang belum sempat aku tuliskan,
andai saja, kita berandai-andai semua itu ada, katamu suatu waktu di dalam sunyi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H