Sedikit heran dengan suara musik dengan lagu Komang tersebut. Ia ada di mana-mana, di story Instagram, di Tiktok, di FB, di perpustakaan, di bus malam, di cafe-cafe baca, hingga di pesawat.Â
Entah apakah saya saja yang merasakannya. Pada dasarnya saya hanya penikmat musik bukan pada lirik. Saya bukan juga penikmat musik tertentu, hanya sekedar hobi dengar, apalagi alat musik ta ada satupun saya kuasai.Â
Lirikan dari Komang berbeda dengan musik rock. Bila mendengar dan menikmatinya di senja hari atau di tempat tenang membuat kita semakin tenang. Berbeda dengan musik rock, sensasinya pun berbeda misalnya dalam suasana konser.Â
Tetapi lirikan komang, semakin kita menyendiri semakin terasa layaknya ter-komang-komang dalam romang (sebut bahasa Makassar adalah sebuah hutan yang sunyi senyap seakan menambah kerinduan pada seseorang).Â
Tak berhenti pada generasi Z bahkan beberapa influencer di media sosial cenderung menyelipkan lagu Komang ini ke dalam kontennya untuk menarik audiens lainnya.Â
Bahkan pada perayaan hari musik ini, bapak menteri Sandiaga Uno sengaja menghadirkan pencipta lagu Raim Laode yang juga komika kondang ini dalam sebuah even virtual.Â
Sehingga memang benar terkadang karena lirik lagu membuat kita menyukai sebuah musik. Terlebih seperti lirik lagu Raim Laode dengan komang ini membuat gen Z ter-komang-komang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H