Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Coto Makassar dan Pallubasa, Nampak Sama tapi Beda Rasa

26 Februari 2023   07:09 Diperbarui: 26 Februari 2023   08:10 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kebutuhan di rumah misalnya pada saat hari lebaran atau untuk acara biasa tentu tidak seribet dengan bumbu di atas. Bahkan saat ini bumbu tersebut bisa didapatkan dari bumbu jadi (kemasan).

Bila kita jumpai para pedagang kuliner "coto Makassar" di kota Makassar biasanya menggunakan tungku dapur dalam memasaknya dengan kayu bakar. Namun dalam acara hajatan bisa saja dengan dengan kompor gas. Kenapa dengan tunggu dan kayu bakar? 

Ternyata setiap masakan coto dengan dimasak menggunakan tungku dan kayu bakar memiliki aroma yang khas. Setelah dimasak dan siap dihidangkan kemdian irisan daun bawang dan bawang goreng, serta perasan jeruk nipis dicampurkan pada saat dihidangkan. 

Eitts jangan lupa coto Makassar bisa disajikan bersama dengan buras, ketupat, ataupun nasi. Di warung coto di Makassar umumnya disajikan bersama ketupat.

Coto Makassar sering dijadikan sebagai makanan selingan maupun sebagai makanan berat. Makanan ini sangat mudah dijumpai di kota Makassar baik di lorong-lorong, jalan protokol maupun di mall, warung tenda (coto) yang terletak di pinggir jalan, di rumah makan sederhana maupun di restoran baik di jalan protokol maupun. 

Kenapa dikatakan coto? Banyak anekdot mengatakan bahwa pada umumnya coto Makassar dijajakan di warung tenda (yang dinamai tenda coto berwarna biru).

Namun sedikit menyinggung sejarahnya bahwa dilansir berbagai sumber termasuk di wikipedia, coto Makassar dapat diperkirakan telah ada semenjak masa kerajaan Gowa tepatnya di kabupaten Takalar desa Paddinging pada awal abad ke-16, dan (pada tahun 1538) makanan tradisional khas Makassar ini sudah ada di kerajaan Gowa tepatnya di Sombaupu wilayah selatan Makassar. 

Dahulu hidangan coto bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan.

Oh yah, dipenjual coto Makassar (di kota Makassar), kita dapat memesan dengan berbagai jenis potongan daging misalnya dalam satu mangkuk dapat dipesan khusus potongan daging, khusus jeroan atau dicampur daging dengan jeroan. 

Harga coto sangat bervariasi tergantung jenis warung makan tersebut, namun masih dapat kita jumpai warung coto tenda yang menjual dengan seharga Rp.10.000 hingga Rp.25.000. Harga tersebut tergantung jenis warungnya apakah warung makan sederhana, restoran atau warung tenda (Pedagang kaki lima). 

Namun jangan salah juga bahwa terkadang di pedagang kaki lima kita mendapatkan daging segar (lokal) dibanding restoran, sebab restoran kadang juga menggunakan daging impor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun