Gadget menjadi pendamping kamus mereka. Sehingga bukan untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan melainkan hanya sebatas mengetahui.Â
Inilah yang menjadi anak anak kita menjadi demotivasi untuk mempelajari sumber ilmu pengetahuan lewat buku lantaran gadget lebih cepat. Namun instan tentunya.
Lingkungan sekitar tempat tinggal kita terkadang kurang mendukung. Lahirnya ratusan pengusaha properti yang hanya memburu keuntungan buy and sell, membuat kondisi perumahan misalnya kurang kondusif.Â
Sebut misalnya kurang taman terbuka hijau lantaran semua lahan kosong jadi unit perumahan baik subsidi maupun konvensional. Keduanya sama saja tidak memedulikan kondisi rumah dan perumahan yang nyaman untuk belajar bagi anggota rumah tangga.Â
Terakhir bahwa kini kembali dan dikembalikan oleh orang tua. Orang tua sebagai ujung tombak pendidikan. Bukan lagi sekolah yang diimpikan untuk mengajari anak membaca ini bapak Budi dsb.Â
Sekolah tertentu hanya ingin menerima anak yang pintar secara intelegensia sementara yang kemah jadi Bulian. Tidak ada anak yang bodoh. Mari telisik mulai dari rumah mereka, orang tua mereka, hingga motivasi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H