Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kutemukan Cinta di Meja Makan

17 Januari 2023   20:46 Diperbarui: 17 Januari 2023   21:54 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku mencintaimu begitu pula aku mencintai diriku yang lahir dari cintamu, dulu kau merayu aku begitu"

Mangkok berwarna putih cap ayam jago ingin tersenyum mendengar rayu

Suara sendok dalam gelas duralex beradu mengadu

Seakan memanggil tuannya,

Ming! sudah datang;

Coba kamu liat koloni semut tak bersuara saat makan bersama

Lalu sejak kapan kita makan pakai sendok garpu

Yang juga ikut menambah suara pukulan kakek

Tanganya bergoyang layaknya memainkan latto-latto

Tak ada yang memulai, tak ada yang berani memimpin doa makan

Makan malam pun ditutup begitu saja dengan doa masing-masing

Layaknya iman kita berbeda-beda padahal kita telah ditakdirkan lahir sebagai orang yang seiman

Tak seperti mualaf di eropa, atas temuannya ia yakin bahwa tuhan itu ada

Atau seperti tetangga negara kita, aku berfikir maka iman aku ada

Suara tivi di depan dua meter jaraknya dari meja makan

Di samping kiri satu setengah meter dari kamar bapak ibu yang masih seranjang

Masih terdengar suara radio dari dalam kamar nenek, berada di samping bilik kasur kakek

Bisa dikata tepat membelakangi aroma dapur agar selalu terjaga

Kapan makan malam dimulai?

kecuali di meja makan

aku tak dengar suara mereka ming!

menggerutu ke arahku

benar saja kata Alan

makan itu simbol cinta

makanan itu selalu ada famali di antara famili kakek nenek kita

tak ada amarah hanya boleh ada amanah jika perlu

sembari nenek mengelus ubannya satu persatu

Sesekali helai rambut putih itu, turut menghias mangkok miwon hasil undian hadiah kerupuk kakak waktu masih aktif nongkrong di warung tetangga pinggir jalan

ketika lonceng tiang listrik berbunyi

ia pun pulang sendiri

petanda jam makan malam akan dimulai

berarti sebentar lagi

ming! aku dimarahi

ke mana lagi akun menutup telinga ini

kepala, rambutku selalu saja tak berhenti

aku menyirinya, padahal aku mencoba menghitung suara

yang aku simpan dengan hati-hati

mungkin itu, menjadi utang-utang atas kelahiranku

ming, peluk aku sebelum mereka melihatku

termangu

kapan lagi kau merayu

katamu, cinta itu ada di meja makan

itulah tandanya mangkok putih dengan cap ayam jantan

agar kita mengingat ayam saat makan bersama anak-anaknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun