Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Daerah Taman Wisata Berbasis Bahasa Inggris (Bagian Kedua)

6 Januari 2023   19:25 Diperbarui: 6 Januari 2023   20:46 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana disebutkan dalam UUD RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yakni: "Pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa serta mempererat persahabatan antarbangsa". Dalam butir UUD tersebut, terdapat poin menghapus kemiskinan dan mengatasi pengangguran.

Dengan pelibatan masyarakat DTW dalam aktivitas kepariwisataan tentunya dapat meminimalisir angkar kemiskinan dan pengangguran masyarakat. Namun kenyataan di Indonesia, masih belum bisa memasifkan keterlibatan masyarakat. Dalam hal keterlibatan masyarakat pada aktivitas kepariwisataan bukan hanya sebagai pelayan wisatawana secara formal. Melainkan pelibatan dalam artian memasifkan sumber daya yang dimiliki masyarakat sehingga mereka bisa berdaya.

Masyarakat dapat berwirausaha dengan potensi yang dimiliki demi menunjang kepariwisataan. Permasalahan kemudian adalah minimnya peningkatan keberdayaan masyarakat baik dari pemerintah, perguruan tinggi maupun dari pihak pengusaha. Ketiga unsur ini perlu menyatukan visi untuk memaksimalkan upaya peningkatan keberdayaan masyarakat agar mereka lebih mandiri dan produktif.

Terdapat beberapa potensi ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat DTW. Demikian juga beberapa potensi wisata alternatif bermunculan seiring dengan pesatnya obyek yang menjadi daerah tujuan wisata. Secara angka statistik pada laman kemenpar.go.id, terjadi peningkatan atau pertumbuhan pariwisata Indonesia sebesar 21,88% (data 2018). Kunjungan wisman ke Indonesia dari tahun ke tahun juga meningkat baik sebelum Covid-19 tercatat 9,25 juta. 

Dengan angka tersebut dapat menjadi penyumbang devisa negara jika dihitung rasio jumlah wisaman sebelum covid berkisar USD 13,5 miliar. Demikian pasca covid-19 sedikit demi sedikit jumlah wisaman bertambah, meski tidak sebanyak pada periode sebelum covid-19. Namun pada umumnya bahwa wisman tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat DTW dan masyarakat penggiat ekotif DTW karena keterbatasan kompetensi kebahasaan yang dimiliki.

Pada setiap taman wisata sebut misalnya taman wisata nasional tentu sudah memiliki tour guide yang dapat memandu wisatawan. Tetapi kondisi setiap daerah tidak selamanya sama. Demikian karakter wiswan juga berbeda dalam hal jasa pelayanan tour guide. Terkadang hanya dalam aspek tertentu mereka membutuhkan jasa tour guide seperti penjemputan dan pengantaran pada obyek wisata. Beberapa wilayah pada DTW tertentu memilki potensi yang menarik untuk diamati dan dinikmati secara langsung oleh wisman.

Seperti di Tanah Toraja Sul-Sel bahwa wisata yang menarik di sana adalah upacara kematian, pertanian, dan kerajianan warga hingga aspek budaya tertentu yang terkadang harus dengan penjelasan masyarakat sendiri tanpa tour guide. Beberapa tempat lainnya seperti di pegunungan yang bukan masuk dalam kategori taman wisata nasional, tentu membutuhkan interaksi langsung antara wisatawan dengan wisaman.

Begitupun dengan kuliner dan oleh-oleh yang notabene merupakan hasil kerja nyata masyarakat kita, namun keterbatasan kompetensi kebahasaan sehingga seorang penjual dan seorang wisman tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan pada akhirnya tidak terjadi transaksi jual beli makanan atau oleh-oleh.

Dengan bekal kompetensi bahasa asing misalnya Bahasa Inggris sangat membantu para pelaku usaha kuliner. Seperti halnya di Bali, masyarakat secara alami menguasai Bahasa Inngris karena situasi yang mendesak mereka untuk menggunakan bahasa tersebut. Mengingat juga bahwa pariwisata Bali sudah level internasional dan sudah berlangsung sejak lama. Namun beberapa daerah lain di Indonesia seperti di Sulawesi, yang mana pariwisata di sini tidak terpusat seperti di Bali sehingga membutuhkan kerja ekstra untuk menciptakan peran masyarakat. 

Berbagai bentuk pendekatan dapat dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat dan daerah untuk menggaet masyarakat dalam memajukan kepariwisataan. Termasuk peningkatan kompetensi berbasa masyaraakat DTW. Dengan kemampuan Bahasa yang memadai maka akan dengan mudah bagi masyarakat untuk mengembangkan wirausaha atau potensi bisnis lainnya yang relevan dengan dunia pariwisata yang berbasis bahasa Inggris. 

Pembelajaran pemberdayaan masyarakat daerah obyek wisata bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk terlibat langsung dalam setiap aktivitas kepariwisataan, Pendidikan dan pelatihan bahasa Inggris sebagai modal awal untuk berkmunikasi lisan dengan wisatawan mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun