"Kesenangan dalam pekerjaan menempatkan kesempurnaan dalam pekerjaan" begitulah nasehat dari Aristoteles yang saya satir sebagai refleksi peringatan di hari buruh sedunia kali ini. Mengingat momen hari buruh adalah momen penting bagi kita sebagai masyarakat dunia dan juga masyarakat Indonesia khususnya. Dimana pada setiap tanggal 1 Mei masehi telah diperingati sebagai hari buruh internasional atau seringkali disebut sebagai May day dan di Indonesia sendiri menjadi hari libur nasional. Â pada tahun 2020 masehi kali ini perlu merayakannya dengan penuh kesenangan meski dalam keadaan yang tidak memungkinkan kita bersenang-senang. namun maksud dari kata kesenangan di atas adalah bersyukur atas apa yang kita peroleh sebagai pekerja, jika dibandingkan dengan beberapa pekerja lainnya yang harus hilang pekerjaan atas musibah pandemi corona virus disease (covid-19) yang melanda kita semua.
Tentu banyak faktor dan alasan kenapa 1 Mei masehi dijadikan sebagai momen hari buruh internasional dan di Indonesia dijadikan sebagai hari libur nasional. Salah satu referensi yang ditulis oleh Eric Chase (1993) menyebutkan bahwa pada konferensi internasional yang dilakukan oleh organisasi pekerja sedunia (International Labour Organization atau ILO) yang diselenggarakan di Amerika Serikat terkait penetapan jam kerja bagi para buruh.Â
Dimana sebelumnya berlaku 10 jam perhari dan kini menjadi 8 jam perhari. Konferensi tersebut dilakukan atas situasi yang mencekam akibat demonstrasi besar besaran yang dilakukan oleh pekerja di Amerika Serikat yang berjumlah kurang lebih 300 ribuan. Begitu juga pada Negara Negara komunis di dunia seperti di Cuba juga melakukan aksi yang sama.Â
Tanggal 1 Mei menjadi momen penting bagi buruh tingakt nasional dan juga tentu bagi buruh di Indonesia tanpa terkecuali, termasuk elemen yang di luar buruh tentu patut memahami kenapa mesti terjadi demosntrasi besar besaran dan memuncak pada 1 mei di Amerika serikat. Hingga kinipun di Negara kita di Indonesia tak pernah ketinggalan pada setiap momen May day selalu memperingatinya dengan beragam ceremonial termasuk demonstrasi dan mogok kerja baik sebelum may day maupun pasca 1 Mei.
1 Mei 2020 tentu berbeda, dengan situasi pandemic corona virus disease yang melanda hampir semua Negara di dunia menjadikan momen 1 Mei sebagai hari buruh tersebut menjadi hari bebas demonstrasi sedunia. Hal yang perlu disikapi semestinya baik kaum buruh, elemen pemerintah, elemen legislative dan juga tentu elemen pemiliki modal yang kini merajai sebagian perusahaan dan telah mempekerjaan banyak orang adalah hak hak masyarakat Indonesia khsusunya buruh.Â
Tak bisa dimungkiri bahwa tak ada yang ingin lahir sebagai kaum buruh, begitupun sebagai orang tua tidak menginginkan kelahiran anak cucunya sebagai kaum buruh. banyak diantaranya menjadi korban dari sebuah system yang berlaku dan mebudaya di negeri kita sehingga memaksa keadaan individu untuk menjalani apa yang di depan mata.Â
Mungkin ada juga yang sudah ihlas atau masih ada yang belum ihlas menerima keadaan tersebut, dan tak sedikit memilih mandiri dengan catatan berlama lama menanggung beban sosial. Dimana masyakat kita cenderung menyelamatkan diri dengan bergabung sebagai buruh upahan karena keterbatasan yang dimiliki baik modal sosial, modal uang maupun modal sumber daya.
Dengan keadaan demikian produksi berjalan terus, dan tidak bisa dipungkiri bahwa tanpa buruh maka Negara tentu harus menggigit jari sebab Negara kita masih berkembang, belum seperti Negara maju yang telah mempekerjakan robot sebagai tenaga produksi.Â
Selain itu, lahan pertanian semakin bergeser menjadi ladang industry mewah, ruang kosong semakin sempit, jumlah penduduk tidak bisa dibendung, perpuran ekonomi tidak merata, dan masih banyak lagi kasus. Dengan keadaan demikian tidak semudah membalikkan telapak tangan, khususnya kaum buruh yang sudah berlangsung lama tidak bisa langsung beralih jadi petani, pedagang, jutawan, eksekutif, ataupun legislatif.
"Kesenangan dalam pekerjaan menempatkan kesempurnaan dalam pekerjaan"
Meminjam nasehat Aristotles (384 SM -- 322 SM) sebagai seorang filsuf dan murid Plato, tentang bagaimana seseorang bekerja dengan senang hati kemudian mampu menciptakan kesenangannya sehingga melahirkan kesempurnaan dari hasil kerjanya.Â
Nasehat tersebut menjadi nasehat bagi diri saya, pemerintah sebagai eksekutif, anggota dewan perwakilan rakyat sebagai tolak punggung dalam perancangan undang undang termasuk yang berkaitan dengan perburuhan, bagi kaum  buruh tanpa terkecuali serta bagi siapa saja yang tidak masuk dalam kategori tersebut bahwa mari mangajk diri kita untuk menyengangi profesi kita agar dapat menciptakan suatu karya yang bermutu dan berharga sehingga member manfaat yang baik terlebih dalam situasi pandemic corona virus disease 19 (covid -19) saat ini dimana masyarakat dunia dituntut untuk menciptakan dunia baru dalam kesehariannyaÂ
Andi Samsu Rijal, sebagai bagian dari buruh eks karyawan upahan pada beberapa pabrik dan kini masih jadi buruh di negeri sendiri.
ditulis tanggal 1 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H