Nampak gubuk kosong seperti tak bertiang
Beratapkan langit, berdinding angin sisa kemarau
Atau dari tempias hujan pada musimnya
Pada subuh menjelang pagi mengajak sepi.Â
Kuingin mengisi sunyi.
Menggelar ramai.
Mungkin lebih mudah memilah kopi, gulu, air di dalam gelas
Sendok mengaduk lalu, tinta mengadu.Â
Mendebatnya menengok purba.
Atau memilah yang mati, yang pulih
Telinga kupasang rapat
Suara suara dari corong datang silih berganti
Keranda entah siapa yang mengisi
Mata kukedip sesekali kupejam
merasakan aroma kembang rupa tujuh warna.
Tak ada lagi mantra tersisa
Mungkin saatnya aku beranjak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!