Ada dua jenis kaum pembaharu islam :Â
1. Yg memperbaharui pemahaman umat berdasarkan dalil tertulis (literal) ---> bentuk moderatnya: "Muhammadiyah" & bentuk ekstrimnya: "Wahabi"Â
2. Yg memperbaharui pemahaman umat berdasarkan pemikiran (kontekstual)---> bentuk moderatnya: "Nahdlatul Ulama (NU) & bentuk ekstrimnya: "JIL"Â
Hal yang juga terjadi dalam birokrasi, :D ada birokrat literal (berpegang teguh pada aturan), ada birokrat kontekstual (bertindak fleksibel & inovatif)
Muhammadiyah memiliki misi progresif, yaitu misi meraih sesuatu yg saat ini belum tercapai (Pemurnian ajaran Islam).
Upaya moderat yg dilakukan utk mencapai itu adalah, mendirikan sekolah2, mengembangkan pendidikan modern.
Nahdlatul Ulama memiliki misi konservatif, yaitu mempertahankan sesuatu yg sudah dicapai (Keselarasan Islam dgn kehidupan sosial budaya).
Upaya moderat yg dilakukan utk mempertahankan itu adalah, mendirikan pesantren, mengkampanyekan toleransi & pluralisme.
Keekstriman "Wahabi" dalam memperjuangkan Islam Literal adalah, melakukannya dgn cara yg tidak realistis jika mempertimbangkan aspek kemanusiaan/sosial budaya, sehingga berpotensi menciptakan rasa antipati/permusuhan & perpecahan dikalangan umat Islam sendiri.
Keekstriman "JIL" dalam memperjuangkan Islam kontekstual adalah, melakukannya dgn cara2 yg "nyeleneh" bahkan kadang mengabaikan dalil & lebih mengedepankan argumentasi/logika pemikiran, sehingga terkesan, berusaha menyesuaikan agama dgn kehendak manusia, bukan sebaliknya, menyesuaikan manusia dgn kehendak agama.
Jika ada fanatik dari 2 golongan (NU & Muhammadiyah) yg saling menjatuhkan, hal berbeda justru disikapi oleh mereka2 yg lebih bijak memandang perbedaan tsb.Â
Para kaum bijak dari NU & Muhammadiyah berpandangan, yang ada justru rasa saling membutuhkan & melengkapi.
Muhammadiyah memandang NU dibutuhkan sebagai perangkul umat yg ampuh dgn keluwesan dakwah & sikap toleransi/akomodatif yg ditunjukkan tanpa memandang perbedaan, sehingga citra Islam sbg agama yg damai tetap terjaga  & menciptakan prospek cerah bagi dakwah2 keislaman.Â
NU pun membutuhkan Muhammadiyah sebagai pembuka khasanah pemikiran baru & modern dalam menginterpretasikan hukum Islam, juga menjaga umat untuk tetap dalam koridor aturan2 dasar keislaman & menjauhkan mereka dari liberalisme pemikiran yg kebablasan atau pengaruh/faham negatif dari luar.
Singkatnya, ada pembagian peran diantara dua organisasi tsb, yaitu, NU sebagai Agent of Recruitment, dan Muhammadiyah sebagai Agent of Maturation. Peran yg sesuai dgn platform pemikiran masing2, yakni, NU yg cenderung Human-oriented, dan Muhammadiyah yg cenderung Law-oriented.
Demikian sedikit ulasan ttg NU, JIL, Muhammadiyah, Wahabi. :) mohon dikoreksi jika ada kekeliruan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H