Mohon tunggu...
Aldo
Aldo Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan sarjana ekonomi dengan ketertarikan pada dunia keuangan, politik, dan olahraga

Everyone says that words can hurt. But have they ever been hurt by the deafening silence? It lingers like the awkward echo after a bad joke, leaving you wondering if you've been forgotten, ostracized, or simply become so utterly uninteresting that even crickets find your company unbearable.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menavigasi Peluang dan Tantangan Hubungan AS-Indonesia di Bawah Presiden Donald Trump dan Prabowo Subianto

18 November 2024   14:14 Diperbarui: 18 November 2024   14:26 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Latihan Gabungan Bersama Super Garuda Shield 2024 (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara)

Amerika Serikat (AS) dan Indonesia berbagi kemitraan yang kuat dan berakar pada nilai-nilai demokrasi, kepentingan ekonomi, dan kerja sama strategis yang sama. Hubungan ini menjadi semakin mendalam dalam beberapa tahun terakhir, berpuncak pada peningkatan status Indonesia menjadi Kemitraan Strategis pada tahun 2023. Kedua negara berkomitmen untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik. Bidang utama kerja sama meliputi kemitraan ekonomi, kerja sama keamanan, tata kelola pemerintahan demokratis, dan pertukaran pendidikan dan budaya. Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF), yang diluncurkan pada tahun 2022, menawarkan peluang baru untuk kolaborasi ekonomi, sementara hubungan militer-ke-militer telah diperkuat melalui latihan bersama dan berbagi intelijen. Kedua negara juga memprioritaskan hak asasi manusia, tata kelola pemerintahan yang baik, dan supremasi hukum, serta mendorong hubungan antar-masyarakat melalui pertukaran pendidikan dan budaya. Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto, arah hubungan ini diperkirakan akan terus berkembang berdasarkan prioritas ekonomi dan pertahanan strategis.

Memperkuat Perdagangan di Tengah Prioritas yang Berbeda

Perdagangan tetap menjadi fondasi utama hubungan AS-Indonesia, dengan volume perdagangan bilateral yang diproyeksikan akan terus meningkat. Sejak tahun 1996, AS dan Indonesia secara rutin bertemu di bawah Perjanjian Kerangka Kerja Sama Perdagangan dan Investasi (TIFA) untuk mengatasi isu-isu bilateral dan berkoordinasi dalam isu-isu regional dan multilateral. Pada tahun 2022, nilai perdagangan barang dan jasa AS-Indonesia mencapai $41,9 miliar, dengan ekspor AS sebesar $10,3 miliar dan impor dari Indonesia sebesar $31,6 miliar, menghasilkan surplus perdagangan bagi Indonesia sebesar $21,3 miliar. Nilai tersebut juga menjadi Indonesia sebagai mitra perdagangan dengan nilai ekspor terbesar ke-35 bagi AS, sedangkan AS menjadi mitra perdagangan terbesar kedua bagi Indonesia, setelah Tiongkok.

Observatory of Economic Complexity (OEC)
Observatory of Economic Complexity (OEC)

Produk utama yang diekspor Indonesia ke AS mencakup minyak sawit senilai $1,89 miliar, ban karet $1,12 miliar, dan alas kaki tekstil $1,09 miliar. Selama lima tahun terakhir, ekspor Indonesia ke AS meningkat secara tahunan sebesar 7,03%, dari $19,6 miliar pada tahun 2017. Sementara itu, produk utama yang diekspor AS ke Indonesia meliputi minyak bumi senilai $1,88 miliar, kedelai $1,29 miliar, dan residu pati $357 juta. Dalam periode yang sama, ekspor AS ke Indonesia telah meningkat dengan laju tahunan sebesar 7,61%, dari $7,12 miliar pada tahun 2017. Perusahaan terkemuka seperti Old Navy, Gap, dan Hankook Tires menjadi yang terdepan dalam mengekspor barang dari Indonesia ke AS, sedangkan, Daehan Global menjadi pengimpor utama produk dari AS ke Indonesia.

Observatory of Economic Complexity (OEC)
Observatory of Economic Complexity (OEC)

Namun, ketidakseimbangan perdagangan ini berpotensi memicu ketegangan, terutama di bawah kebijakan "America First" Trump, yang bertujuan mengurangi defisit perdagangan dan memprioritaskan industri domestik AS. Di sisi lain, kepemimpinan Prabowo yang menekankan perlindungan sektor-sektor domestik, khususnya pertanian dan tekstil, diperkirakan akan menambah lapisan kompleksitas dalam negosiasi perdagangan bilateral dengan AS. Hambatan regulasi yang membatasi akses perusahaan AS ke pasar Indonesia bisa menjadi tantangan yang lebih nyata, berpotensi memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara. Meskipun demikian, ekonomi digital Indonesia yang tengah berkembang memberikan harapan. Pasar komersial digital atau e-commerce Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara, bernilai $82 miliar dan jauh melampaui negara-negara lain di kawasan ini. Meskipun terdapat tanda-tanda awal kesuksesan, industri e-commerce di Indonesia masih terus berkembang, dengan nilai barang dagangan bruto (GMV) diperkirakan mencapai sekitar $160 miliar pada tahun 2030, utamanya didorong oleh jumlah pengguna yang akan mencapai sekitar 99 juta pada tahun 2029. Sektor e-commerce akan membuka peluang kolaborasi antara perusahaan Indonesia dan raksasa teknologi AS. Upaya bersama untuk mendorong inovasi digital dan investasi energi terbarukan dapat menciptakan hubungan perdagangan yang lebih seimbang sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan global.

Volume Pasar E-commerce di Asia Tenggara (Statista)
Volume Pasar E-commerce di Asia Tenggara (Statista)

Investasi dan Kemitraan Infrastruktur Strategis

AS tetap menjadi salah satu sumber investasi asing langsung (FDI) terbesar bagi Indonesia, dengan lebih dari $3,28 miliar dialokasikan ke berbagai sektor strategis pada tahun 2023. Investasi ini kemungkinan akan meningkat setelah pertumbuhan rata-rata sebesar 4,16% antara 2021-2023, sejalan dengan agenda domestik Prabowo yang berfokus pada pembangunan zona industri, peningkatan jaringan transportasi, dan pengembangan infrastruktur energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Bagi Trump, mendorong bisnis AS ke luar negeri selaras dengan tujuan pemerintahannya, menciptakan peluang sinergi. Proyek infrastruktur seperti kota pintar dan fasilitas energi dapat menjadi pusat perhatian dalam perjanjian bilateral. Namun, agenda nasionalis Prabowo mungkin memperkenalkan persyaratan yang lebih ketat pada FDI, memastikan bahwa investasi memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal dan sejalan dengan tujuan pembangunan Indonesia. Selain itu, peralihan menuju infrastruktur hijau dan energi berkelanjutan menawarkan peluang unik untuk kerja sama, di tengah fokus Trump yang diproyeksikan akan kembali menggairahkan energi fosil AS setelah sempat mendapatkan penekanan dalam pemerintahaan Presiden Joe Biden. Akan tetapi, saat Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2060, perusahaan AS tetap dapat memainkan peran penting dalam mempercepat transisi Indonesia menuju energi berkelanjutan, menciptakan kemitraan jangka panjang yang juga mengatasi tantangan iklim global di tengah skeptisisme Trump pada intervensi pemerintah dalam mitigasi ataupun adaptasi perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun