Mohon tunggu...
Aldo
Aldo Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan sarjana ekonomi dengan ketertarikan pada dunia keuangan, politik, dan olahraga

Everyone says that words can hurt. But have they ever been hurt by the deafening silence? It lingers like the awkward echo after a bad joke, leaving you wondering if you've been forgotten, ostracized, or simply become so utterly uninteresting that even crickets find your company unbearable.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Transformasi Stadion Al Janoub Menjadi Lautan Bakat Asia dan Bahkan Global

16 April 2024   16:55 Diperbarui: 16 April 2024   16:58 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pertandingan antara Swiss dan Kamerun di Stadion Al Janoub (Arsip Pribadi)

Stadion Al Janoub (Arab: Istd al-Janb, yang berarti "Stadion Selatan"), sebelumnya dikenal sebagai Stadion Al Wakrah, merupakan stadion sepak bola dengan atap yang bisa dibuka-tutup yang diresmikan pada 16 Mei 2019 di Al Wakrah, Qatar. Stadion ini merupakan salah satu dari delapan stadion yang digunakan pada Piala Dunia FIFA Qatar 2022 dengan desain yang merupakan hasil kolaborasi arsitek Irak-Inggris, Zaha Hadid, bersama firma AECOM dan Jain & Partners dari Dubai. 

Arsitektur stadion ini memadukan gaya postmodernis dan neo-futuris dengan garis lengkung yang menawan. Atapnya yang unik terinspirasi oleh layar perahu dhow tradisional, yang digunakan oleh para pencari mutiara di Teluk Persia. Saat ini, Stadion Al Janoub menjadi markas resmi klub sepak bola Al-Wakrah SC, dan juga akan segera digunakan sebagai tempat pertandingan Liga Bintang Qatar (QSL). Kapasitas stadion saat ini adalah 44.325 penonton, meskipun direncanakan akan berkurang menjadi 20.000 di masa mendatang. Terletak sekitar 22 km di Selatan Doha, Stadion Al Janoub tak hanya menjadi saksi sejarah perhelatan akbar, tapi juga telah bertransformasi menjadi wadah pembinaan para bintang sepak bola masa depan. 

Stadion Al Janoub memiliki nama yang dapat membangkitkan rasa bangga, terjalin dengan memori pribadi yang masih membuat para pengunjung merinding. Kembali pada tahun 2022, sebagai relawan selama Piala Dunia FIFA Qatar 2022, saya mendapati diri berada di jantung sesuatu yang luar biasa di stadion ini. Kisah yang saya alami di Al Janoub jauh melampaui berbagai ekspektasi dari banyak orang, termasuk saya. Dalam dua tahun, stadion ini juga mengalami transformasi luar biasa, dari keajaiban arsitektur yang menakjubkan menjadi panggung masa depan sepak bola ikonik Asia dan dunia.

Kilasan Masa Lalu: Lautan Warna dan Semangat yang Menggelora

Kisah Al Janoub tak lengkap tanpa menilik kembali ke Piala Dunia FIFA Qatar 2022.  Pada 24 November, stadion ini menjadi panggung bagi pertandingan antara Swiss dan Kamerun. Di saat yang sama, saya juga menjadi relawan dengan jadwal untuk mendukung gelaran pertandingan tersebut pada Blok 125/126. Meskipun skor akhir menunjukkan kemenangan Swiss 1-0, sorotan utama tertuju pada para pendukung Kamerun. Para pendukung "Lions Indomptables" ini menghadirkan lautan warna hijau, merah dan kuning (menyerupai tema bendera mereka) ke tribun Al Janoub di berbagai penjuru. 

Tubuh mereka dibalut seragam tim nasional kebanggan mereka yang mencolok, syal bermotif, drum tangan yang menggema, dan atribut unik lainnya menciptakan simfoni semangat yang tak terlupakan. Setiap tekel yang dimenangkan dan tembakan ke gawang dirayakan dengan histeria yang menggelegar. Nyanyian dan tarian mereka berpadu dengan dentuman drum, menciptakan energi yang seolah bergelombang melintasi stadion. Meskipun tim mereka kalah, para pendukung Kamerun menunjukkan sportivitas dan kecintaan mereka terhadap sepak bola yang tak terbantahkan. Semangat para pendukung tersebut pun tak luntur meski pertandingan telah usai. Mereka tetap bersemangat keluar dari Stadion Al Janoub melalui Pintu 6 dengan penuh semangat.

Dari Layar Perahu Dhow ke Mimpi Piala Dunia

Pertama kali saya berjalan melewati area pemeriksaan (PSA) P dari Al Janoub yang menjadi pintu masuk khusus pekerja dan relawan, saya sudah terpesona akan desain unik, atmosfer nyaman, dan akses yang efisien dari stadion tersebut. Atap yang bergelombang, seperti kanvas dengan lekukan yang mengalir, mencerminkan layar perahu dhow, perahu tradisional Qatar yang tertiup angin. Hal tersebut bukan hanya pemandangan yang indah, tetapi juga simbol yang menarik. Dirancang oleh arsitek visioner, stadion ini mewujudkan warisan maritim yang kaya dari Qatar dan visinya yang berani untuk masa depan. 

Di balik estetika yang ada, aspek teknis yang ada pun tak kalah mengesankan. Atap yang dapat dibuka tutup dan sistem pendingin mutakhir menantang panasnya gurun yang terik, memastikan kenyamanan sepanjang tahun bagi para pemain, penonton, dan tentunya panita. Sebagai relawan, saya beruntung dapat ditempatkan tepat di jantung aksi selama pertandingan. Suasananya begitu terasa elektrik, meskipun kapasitas yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan stadion-stadion lainnya. Memandu para penggemar yang antusias dari seluruh penjuru dunia melalui lorong-lorong dalam stadion, atau memastikan kelancaran acara yang disaksikan oleh jutaan orang - merupakan pengalaman yang terus membentuk perspektif saya. Al Janoub bukan hanya sekadar stadion, tetapi juga wadah peleburan budaya dan panggung untuk mimpi dari para pejuang berbagai bangsa. Setiap gol yang dicetak bergema di dalam tembok stadion ini, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan.

Al Janoub: Menempa Para Bintang Masa Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun