Alexandra dari Denmark dan Lady Diana Spencer merupakan dua bintang yang pernah bersinar terang dalam sejarah Kerajaan Inggris. Lahir dari dunia yang berbeda, mereka dipersatukan oleh takdir yang luar biasa: menjadi putri yang dicintai dan dihormati oleh banyak insan, bahkan hingga ke berbagai penjuru dunia. Akan tetapi, di balik tiara berkilauan dan gaun mewah yang mereka kenakan, tersembunyi kisah hidup yang penuh lika-liku, diwarnai glamor, skandal, keteguhan, dan patah hati.
Kecantikan yang Memukau
Alexandra, yang lahir di tahun 1844, tidak dilahirkan untuk kejayaan sebagai pesohor kerajaan besar. Meski berasal dari keluarga bangsawan, mereka jauh dari kekayaan atau kekuasaan. Namun, Alexandra memiliki kecantikan luar biasa. Kulitnya bercahaya, matanya biru berkilauan, dan sosoknya langsing bak patung hidup yang menjadikannya sosok sempurna di masa kejayaan Ratu Victoria. Kecantikannya jugalah yang membuat dia tersohor hingga ke telinga Ratu Victoria, yang melihatnya sebagai calon menantu ideal bagi Pangeran Wales, Bertie, yang terkenal dengan gaya hidup flamboyan. Seabad kemudian, Lady Diana Spencer muncul dengan pesonanya yang tak kalah memikat. Lahir pada tahun 1961 dari keluarga aristokrat Inggris ternama, Diana memiliki garis keturunan yang bisa dikatakan cukup sempurna untuk dunia kerajaan. Kecantikannya yang menawan, dengan mata berkilauan dan senyum malu-malu, memancarkan kepolosan khas masa mudanya. Ketika Pangeran Charles, yang saat itu berusia tiga puluhan, mulai mendekatinya, takdir seakan menulis babak baru dalam dongeng kerajaan Inggris.
Pernikahan yang Menggemparkan Dunia
Alexandra dan Diana memiliki pernikahan megah yang disaksikan oleh pesohor dan masyarakt dari seluruh dunia. Pernikahan Alexandra dengan Bertie di tahun 1863 menjadi peristiwa gembira, menandakan era baru bagi monarki Inggris. Sang putri muda, dengan gaun sutra dan renda putihnya, disambut publik sebagai angin segar. Pernikahan Diana dengan Pangeran Charles di tahun 1981 menjadi sensasi media global. Gaunnya yang megah dengan untaian panjang bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Dunia menyaksikan pernikahan mereka, percaya bahwa sang putri yang pemalu dan pangerannya akan memulai kisah cinta layaknya di buku cerita.
Retakan di Balik Fasad
Meskipun kemegahan pernikahan mereka yang legendaris, dongeng kehidupan mereka pada masa-masa berikutnya tidak seindah yang dibayangkan. Bertie, meskipun terpesona oleh kecantikan Alexandra, merupakan suami yang tidak setia. Sejak awal pernikahan, rumor tentang wanita simpanannya selalu menghantui sang putri muda. Alexandra menanggung beban ini dengan ketabahan luar biasa. Dia tidak ingin patah hati pribadinya mengganggu tugas kerajaannya. Dia mendedikasikan diri untuk kegiatan amal, fashion, dan anak-anaknya, serta menjadi simbol kasih karunia di tengah tekanan bagi banyak wanita pada masanya.
Kisah Diana pada abad berikutnya bahkan jauh lebih bergejolak. Berbeda dengan Alexandra, dia tak ingin hanya menjadi hiasan indah. Mendambakan cinta yang tidak pernah ia dapatkan dari suaminya, Diana mencari pengakuan di tempat lain. Rumor perselingkuhan, penyakit bulimia, dan ledakan emosi mewarnai hidupnya. Dia mendobrak banyak aturan statis dalam keluarga Kerajaan Inggris, termasuk dengan memberikan wawancara mengejutkan yang mengungkap kesepian dan disfungsi di balik tembok istana, yang secara tidak langsung menjadi deklarasi perang terhadap Ratu Elizabeth II dan keluarganya.
Ikon yang Tak Terlupakan Hingga Saat ini
Alexandra, meskipun mengalami penderitaan pribadi, akhirnya menjadi Permaisuri pada tahun 1901 dan kemudian Ibu Suri yang dipuja bangsa. Kesempurnaan lahiriahnya diwarnai dengan kesedihan. Matanya memancarkan kebijaksanaan, pengakuan atas pengorbanan yang dia lakukan demi citra kerajaan. Dia menemukan hiburan dalam citra publiknya, menggunakan popularitasnya untuk berbagai tujuan. Diana, di sisi lain, dikenal oleh publik dan media sebagai "Putri Rakyat". Kerentanannya membuatnya dicintai publik yang mendambakan keaslian, meskipun tindakannya dianggap loyalis membahayakan monarki. Semakin hancur pernikahannya, semakin besar pula kekuatan bintangnya. Dia adalah sosok yang penuh kontradiksi -- pelindung badan amal AIDS, namun terjebak dalam siklus hubungan yang merusak. Kematiannya yang tragis di tahun 1997 memicu luapan kesedihan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengukuhkan statusnya sebagai ikon tragis yang selamanya terpaku di masa muda.