Sedangkan pada sektor pertanian, Prabowo telah berjanji untuk meningkatkan hasil pertanian dan memastikan ketahanan pangan, menjanjikan swasembada produksi beras sebagai landasan manifesto dalam kampanye yang dilakukannya.
Penekanan kebijakan dari Prabowo jika terpilih juga memerlukan pendekatan 'Indonesia pertama' yang mengedepankan kepentingan nasional dalam keterlibatan kebijakan luar negeri, mirip dengan slogan ‘America First’ yang dipopulerkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelum terpilih pada tahun 2016. Sekalipun kontur pasti dari diplomasi internasional dari Prabowo Subianto masih agak tidak pasti, para pengamat mengantisipasi pergeseran ke arah memperkuat hubungan strategis yang memaksimalkan manfaat yang dirasakan bagi Indonesia.
Membangun Koalisi: Dinamika Politik untuk Stabilitas Masa Jabatan
Mengingat lansekap multi-partai Indonesia, menciptakan koalisi pemerintahan yang kuat akan sangat penting untuk mewujudkan visi dan misi kebijakan Prabowo Subianto. Beberapa pihak telah secara tentatif mengisyaratkan dukungan mereka kepada presiden terpilih tersebut.
Dimasukkannya saingan utama pemilihannya di kabinetnya juga masih tampak masuk akal dalam upaya memperkuat persatuan bangsa setelah siklus kampanye dan pemilihan yang kompetitif.
Selain itu, Prabowo mungkin berusaha memperkuat aliansi politiknya dengan partai-partai Islam moderat untuk memperluas basis dukungannya, meskipun mencapai keseimbangan dengan aspirasi nasionalismenya akan sangat penting.
Tantangan dan Peluang di Dalam dan Luar Negeri
Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menghadirkan peluang substansial di samping tantangan yang kompleks. Iklim ekonomi global saat ini menghadapi ketidakpastian yang meningkat. Indonesia, seperti banyak negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik, harus menghadapi kenaikan biaya hidup dan melemahnya prospek global.
Sikap nasionalis Subianto dapat menyebabkan ketegangan perdagangan dengan negara lain, yang selanjutnya berdampak pada perekonomian. Menangani interaksi yang rumit antara melindungi industri dalam negeri dan mempertahankan kemitraan ekonomi yang penting di luar negeri akan menjadi kunci bagi Indonesia yang makmur di bawah kepresidenannya. Terlebih lagi, menavigasi keragaman etnis dan agama di Indonesia dapat menimbulkan tantangan tersendiri bagi Prabowo Subianto.
Menyeimbangkan komitmennya terhadap nasionalisme dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip inklusivitas dan toleransi akan menentukan pendekatannya terhadap masalah yang rumit dan beragam ini. Rekam jejaknya sebagai seorang garis keras (setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir) berpotensi semakin memicu perpecahan sosial jika tidak dikelola dengan bijaksana.
Membina kohesi sosial dan kerukunan di antara penduduk Indonesia yang beragam akan menjadi yang terpenting. Di bidang kebijakan luar negeri, Indonesia berada pada posisi yang baik untuk menegaskan pengaruh yang lebih besar di kawasan Indo-Pasifik terutama dengan semakin meningkatnya ketegangan antara AS dengan Tiongkok. Prabowo Subianto memiliki peluang untuk memainkan peran penting sebagai mediator, sehingga akan memperkuat posisi diplomatik Indonesia dan meningkatkan otonomi strategis sebagai presiden.