Gairah masyarakat Indonesia terhadap sepak bola memang tak terbantahkan. Namun, terlepas dari kecintaan tersebut, performa tim nasional di kancah global masih stagnan dan memerlukan perhatian lebih.Â
Kondisi ini memunculkan pertanyaan: Haruskah Indonesia mempertimbangkan untuk keluar dari Kejuaraan Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) untuk memfokuskan energi pada pencapaian kesuksesan kontinental dan internasional?Â
Meskipun proposisi ini rumit dan memicu perdebatan sengit, memeriksa alasan di baliknya bersama data pendukung dapat memberikan wawasan berharga bagi semua pemegang kepentingan dan pecinta sepak bola Indonesia.
Meninggalkan AFF: Prioritas Visi dan Optimalisasi Sumber Daya
Meskipun gelar Kejuaraan AFF memiliki nilai sentimental, karakteristik dari kompetisi regional ini membatasi kesempatan tim nasional Indonesia untuk berhadapan tim yang signifikan lebih kuat.Â
Dalam Peringkat Dunia FIFA terbaru yang dirilis pada 29 Desember 2023, Vietnam sebagai juara bertahan AFF menduduki peringkat 96, jauh di bawah kekuatan regional seperti Jepang (24) dan Korea Selatan (28).Â
Kondisi ini sangat tentu menghambat pertumbuhan Indonesia melawan lawan kelas dunia. Mentalitas "menang dengan segala cara" di dalam AFF mendorong keuntungan jangka pendek daripada pengembangan jangka panjang.Â
Data mendukung hal ini: Indonesia telah memenangkan Kejuaraan AFF 5 kali, namun secara konsisten kesulitan dalam kompetisi Asia, selalu gagal lolos ke babak sistem gugur hingga Piala Asia AFC 2023. Hal ini menunjukkan perlunya perubahan strategis menuju pembangunan berkelanjutan.
Populasi Indonesia dan potensi sepak bola menuntut aspirasi kontinental yang lebih besar. Berpartisipasi dalam kompetisi tingkat tinggi seperti Piala Asia AFC dan kualifikasi Piala Dunia FIFA membuat tim nasional Indonesia terpapar dengan lawan yang lebih tangguh, sehingga mempercepat pertumbuhan sepak bola.Â
Sebagai perbandingan, partisipasi Jepang yang konsisten dalam turnamen internasional berkontribusi pada peringkat dunia mereka saat ini dan menjaga digdaya dari negara tersebut pada kompetisi tingkat kontinental.Â
Akan tetapi, pertimbangan perpindahan fokus dari tingkat regional ke kontinental dan bahkan dunia berbicara tentang optimalisasi sumber daya.Â
Berpartisipasi pada berbagai kompetisi akan menghabiskan sumber daya. Mengalihkan tenaga kerja dan keuangan ke turnamen yang lebih sedikit dan berdampak lebih besar seperti Piala Asia dan kualifikasi Piala Dunia FIFA memungkinkan upaya yang lebih terkonsentrasi pada pengembangan pemain, pelatihan, dan infrastruktur, serta faktor-faktor penting untuk memdukung kesuksesan jangka panjang.Â
Meninggalkan AFF juga bisa menjadi panggilan untuk bangun, mendorong introspeksi dan pergeseran ke mentalitas "permainan panjang". Hal ini akan mendorong investasi dalam program pengembangan pemuda, pencarian bakat, dan kemitraan strategis, yang akan menjadi landasan untuk kesuksesan berkelanjutan.
Pertimbangan Proposisi: Argumen Bisnis dan Implikasi
Indonesia saat ini berada di peringkat 153 dalam Peringkat Dunia FIFA, menyoroti perlunya peningkatan untuk bersaing di kancah global. Pertandingan Kejuaraan AFF sendiri memang selalu diramaikan oleh penonton karena persaingan regional dengan Indonesia sebagai salah satu peserta paling kompetitif, sementara kualifikasi Piala Asia dan Piala Dunia umumnya memiliki penonton yang lebih sedikit mengingat potensi yang kecil bagi Indonesia untuk menginspirasi dalam skala yang besar.Â
Akan tetapi, potensi paparan kepada tim dengan peringkat lebih tinggi akan menjadi basis yang menjustifikasi proposisi perubahan fokus dari Kejuaraan AFF.Â
Selain itu, keluar dari AFF dapat menyebabkan hilangnya pendapatan sponsor dalam jangka pendek. Namun, potensi peningkatan kesuksesan di Asia dan secara global dapat menarik sponsor yang lebih besar dalam jangka panjang.Â
Dengan kata lain, meninggalkan AFF merupakan suatu proposisi berani dengan potensi kekurangan yang banyak. Kritikus berpendapat bahwa gelar AFF memiliki signifikansi budaya dan kehilangan kesempatan menjadi juara dapat menurunkan semangat penggemar di Indonesia.Â
Selain itu, beberapa orang percaya bahwa paparan regional berharga, dan keberhasilan di AFF dapat menjadi batu loncatan untuk kesuksesan internasional.Â
Kesimpulan: Dilema Pengambilan Keputusan Atas Proposisi
Keputusan untuk meninggalkan AFF bukanlah aspek yang sederhana. Akan tetapi, pendekatan berbasis data yang digabungkan dengan visi jangka panjang untuk sepak bola Indonesia menunjukkan bahwa penjelajahan kemungkinan ini bisa menjadi katalisator untuk pertumbuhan tim nasional sepak bola Indonesia.Â
Pada akhirnya, memprioritaskan pengembangan pemain, kompetisi strategis, dan pergeseran menuju pola pikir global mungkin menjadi kunci untuk membuka potensi sepak bola Indonesia yang sebenarnya.Â
Meninggalkan AFF bisa menjadi langkah yang kontroversial tapi perlu dalam perjalanan untuk meningkatkan tingkat kompetisi Indonesia di kancah global. Penting untuk diingat bahwa proposisi ini merupakan masalah yang kompleks dengan argumen yang valid di kedua sisi.Â
Pada akhirnya, keputusan akan meninggalkan AFF atau tidak harus dibuat melalui pertimbangan matang dan dialog terbuka di antara semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam sepak bola Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H