Karya sastra adalah salah satu jenis karya seni yang mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan daya khayal seorang pengarang. Karya sastra sering kali menggunakan bahasa yang kreatif dan dipilih secara hati-hati untuk menciptakan efek emosional atau artistik pada pembacanya.
Dengan melihat dan mendengarkan sebuah karya sastra yang indah, maka keindahan tersebut dapat menggetarkan sukma serta menimbulkan pandangan hati, seperti keharuan, kemesraan, dan kebencian bagi penikmatnya.
Hasil dari karya sastra baik yang berupa puisi, prosa, maupun drama telah kita ketahui bersama bentuknya. Salah satu karya sastra prosa ialah drama. Drama merupakan salah satu genre sastra yang hidup dalam dunia, yaitu “Seni sastra dan seni pertunjukan atau teater”.
Salah satu pementasan drama yang membuat hati penonton terpukau, yaitu drama “Trik” yang dipentaskan oleh DIK 4-A, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dengan dosen pembimbing yang mendampingi selama melakukan persiapan pementasan drama sampai hari pementasan tiba, yaitu Ibu Dr. Suci Sundusiah, M.Pd. Pementasan drama tersebut dilaksankan pada hari Kamis, 25 Mei 2023 di Gedung Amphiteater UPI. Drama “Trik” merupakan adaptasi cerita pendek “Trik” karya Putu Wijaya. Putu Wijaya merupakan sosok sastrawan yang hebat dengan segudang karya yang ia hasilkan. Naskah drama “Trik” ditulis oleh Hana Alifia Az Zahra dan Yusriyyah Rohadatul Aisyi.
Drama “Trik” menceritakan tentang sosok perempuan bernama Nyonya Baron yang ingin menjadi penguasa di suatu hunian. Konflik cerita ini bermula ketika Nyonya Baron mengundang Pak Amat selaku ketua RT dan istrinya Bu Amat untuk datang kerumahnya membicarakan suatu persoalan. Sementara itu, Taksu dan Katsu yang mengetahui hal tersebut menaruh rasa curiga kepada Pak Amat, Bu Amat, dan khususnya kepada Nyonya Baron. Mereka menduga bahwa ketiga orang tersebut sedang merencanakan hal buruk terhadap hunian mereka.
Ternyata dugaan tersebut benar adanya. Selain ingin menitipkan sebuah kunci dan memberikan amplop yang berisi cek sebesar Rp 50.000.000 kepada Pak Amat dan Bu Amat. Nyonya Baron juga menjelaskan bahwa ia ingin membangun sebuah proyek besar atau yang ia sebut dengan mega proyek di daerah tersebut yang nantinya akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat, setidaknya dapat meningkatkan derajat masyarakat hunian tersebut menjadi lebih baik.
Setelah itu, konflik puncak terjadi seiring dengan adanya mega proyek yang direncanakan oleh Nyonya Baron lantas membuat masyarakat mulai merencanakan perlawanan dengan membakar rumah Nyonya Baron agar ia keluar dari hunian mereka.
Adanya tarian yang dilakukan oleh penari di atas panggung pementasan menjadi representasi bahwa mereka membakar dan menghancurkan rumah Nyonya Baron hingga ludes terbakar. Pak Amat dan Bu Amat merasa kebingungan dan takut disalahkan atas terjadinya hal tersebut.
Setelah mengetahui kejadian itu, Nyonya Baron mempertanyakan keberadaan kunci miliknya karena ia sangat khawatir jika kunci tersebut hilang dan ternyata kunci itu tidak hilang, Bu Amat lah yang menemukannya. Kemudian Nyonya Baron memberikan paper bag yang berisi amplop kepada Pak Amat dan Bu Amat yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat sebagai modal usaha.
Konflik cerita mulai turun ketika masyarakat yang semula berprasangka buruk dan menganggap Nyonya Baron sebagai antek-antek iblis. Namun, setelah menerima amplop tersebut mengubah pandangan masyarakat. Mereka memberikan dukungan dan memuji Nyonya Baron, kecuali Taksu. Ketika mereka hendak membuka amplop, tercium aroma melati dan betapa terkejutnya mereka setelah membuka amplop tersebut yang ternyata isinya adalah daun kering.
Masyarakat merasa ditipu oleh Nyonya Baron, mereka semua menyesal karena telah menerima amplop tersebut dan naasnya hanya dimanfaatkan oleh Nyonya Baron.
Di akhir cerita, penampilan teatrikal masyarakat dan pembacaan puisi “Kecoa Pembangunan” karya W.S. Rendra oleh Taksu yang membuat saya dan penonton lainnya terpukau karena makna puisi tersebut menggambarkan kondisi yang sesuai dengan cerita drama “Trik”.
Para aktor yang memerankan tokoh sudah sangat mendalami karakter dan sesuai dengan penokohannya masing-masing, mulai dari tokoh Nyonya Baron yang merupakan tokoh antagonis diperankan oleh Yusriyyah yang digambarkan sebagai perempuan licik, egois, dan penguasa yang serakah.
Adapun tokoh yang dikisahkan sebagai pasangan suami istri, yaitu Pak Amat yang diperankan oleh Wirza dan Bu Amat yang diperankan oleh Nisrina berhasil membuat para penonton terhibur atas lelucon yang mereka buat karena keluguannya.
Selain itu, tokoh Taksu yang diperankan oleh Widya merupakan sosok yang teguh akan pendiriannya dan tidak mudah terhasut. Serta tokoh-tokoh lainnya, seperti Katsu, Ajudan Nyonya Baron, dan tujuh masyarakat yang sudah membawakan perannya dengan sukses.
Latar dalam pementasan drama “Trik” ini sudah sangat jelas, seperti latar tempat yang tampak pada rumah Nyonya Baron maupun rumah Pak Amat dan Bu Amat. Latar waktu yang dikisahkan pada pementasan drama ini berlangsung dari pagi hari sampai malam hari. Selain itu, tema cerita ini
Penyutradaraan yang dilakukan oleh Niska selaku sutradara dan Ginka selaku asisten sutradara sudah berhasil membuat pementasan drama ini berjalan sesuai dengan persiapan yang telah direncanakan. Mereka berdua dapat mengkoordinaskan kerja setiap timnya dengan penuh tanggung jawab sehingga tercipta kerja sama tim yang baik. Seperti halnya ketika mengatur properti yang dibutuhkan dalam pementasan drama dan mengatur chemistry dari setiap aktor yang saling terlibat satu dengan yang lainnya.
Adapun teknis lainnya yang terdapat dalam pementasan drama”Trik” ini juga perlu untuk diberikan sebuah apresiasi. Mulai dari tata cahaya/lighting yang memukau dengan adanya lampu sorot yang dapat berubah warna, kemudian tata rias dan busana yang sangat sesuai dengan masing-masing peran yang dimainkan. Selain itu, penata musik yang membawakan lagu pengiring terdengar lembut suaranya meskipun di awal pementasan terdapat gangguan, yaitu suara audionya tidak terlalu terdengar dengan jelas (pelan) dan lain sebagainya.
Secara garis besar, pementasan drama “Trik” merupakan salah satu karya sastra yang memiliki tema cerita sesuai atau relate dengan keadaan di kehidupan nyata yang masih banyak ditemukan orang-orang yang memiliki ambisi seperti Nyonya Baron, yaitu ingin menjadi seorang penguasa, tetapi cara yang ia lakukan merugikan banyak orang.
Keberhasilan pementasan drama ini tidak luput dari kerja sama yang telah dilakukan dengan waktu yang cukup lama oleh DIK 4-A. Maka dari itu, tidak heran apabila pementasan drama “Trik” menjadi suatu pementasan yang paling memukau dengan berbagai kejutan yang diberikan. Karya sastra seperti ini lah yang kelak harus dikembangkan demi berkembangnya teater dan sastra Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H