Mohon tunggu...
Yuga Andirama
Yuga Andirama Mohon Tunggu... Freelancer - Humanis

Gemar membaca dan menulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dari Mata, Turun, dan Habis

2 Oktober 2022   11:30 Diperbarui: 2 Oktober 2022   11:45 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Lirih/dokpri

Berkala-kala
mata sepakbola
melihat kalah sebagai jendala,
bukan adakala.

Laga kecil-besar
menjelma ajang hajar,
penuh kata tanpa kadar
yang panas sampai membakar.

Rumput-rumput,
ditumbuhi rumpun
orang takut,
turun mengaduh dan meminta ampun.

Terdengar kata.
Hanya dari layar kaca
setiap pasang mata
teduh tak memantul gas air berkaca.

Bila pulang
mati sia,
bernyanyi setia dan hadir sedia
tak menjadi mulia.

Jangan kembali,
nyali tanpa kendali
harus habis tanpa kecuali
sampai ada peduli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun