Di hamparan tanah
pusat nol Ibu Kota, Nusantara.
Sejenak, kepala menyerah penuh
bermunajat memohon selamat.
Para wakil satu menyatu
menahan nafsu waktu,
air, dan tanah kendi negeri
menuju sungguh bersatu.
Tentu saja tanah, air, kendi,
dan simbol lain harus selaras.
Baik segala ritual, tirakat, dan
kesungguhan rasional lain-lain.
Pemimpin bertirakat mengayomi
rakyat, negeri, dan alam hidup.
Pun rakyat bersungguh melindungi
pemimpin, asal-usul, dan tanah air.
Puisi Menarik Lainnya:Â Omong Kosong Rindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!