Mohon tunggu...
andi rahmat munawar
andi rahmat munawar Mohon Tunggu... wiraswasta -

belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Transgender) Srikandi

22 Maret 2011   11:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Srikandi telah bermetamorfosis dari kisah dalam epos MAHABARATAYUDA menjadi simbol gerakan perempuan. Jika dizaman dulu tak lebih dari salah satu diantara sekian banyak karakter dalam Epos MAHABARATAYUDA, maka sekarang perempuan hebat selalu disebut sebagai Srikandi. Dikisahkan bahwa Srikandi telah berhasil membunuh salah satu jagoan Kurawa yakni Bhisma. Hari ini, Srikandi telah menjadi simbol (bahkan mungkin mitos) pada gerakan perempuan. Sekiranya Resi Vyasa sang penulis epos tersebut hidup kembali, mungkin dia kaget melihat tokoh karangannya hadir menjelma melampaui batas imajinasinya.

Dalam tradisi pewayangan, Srikandi dilukiskan sebagai perempuan cantik nan perkasa istri Arjuna. Meski dilukiskan Arjuna punya banyak istri, tapi Srikandilah istri Arjuna yang setia hingga dimedan pertempuran dalam perang besar keluarga barata, antara Pandawa dan Kurawa

Sewaktu SMP, salah satu acara TV favoritku adalah serial Mahabarata yang ditayangkan disalah satu TV swasta. Namun ada perbedaan dari versi yang saya dapatkan secara umum. Ternyata Srikandi bukanlah perempuan, tetapi lelaki yang agak melambai. Yang menurut terminologi Pelras tergolong gender ketiga. Ada “bentrokan” dalam pikiranku menyoal gender srikandi sang symbol emansipasi ini.

Terkadang saya ingin mengatakan bahwa Srikandi sebenarnya lelaki yang agak kemayu dan melambai, sebagaimana Mahabarata versi India. Tapi Mahabarata versi Indonesia dengan jelas menggambarkan Srikandi adalah perempuan, bahkan istri Arjuna. Jika saya benarkan versi India, khawatirnya nanti dibilang tidak nasionalis. Atau malah saya bisa dituduh pendukung gerakan gender ketiga. Namun jika saya lebih berpihak pada versi Indonesia, khawatirnya saya turut berpartisipasi terhadap pembunuhan orisinalitas gagasan Resi Vyasa

Apakah ada bias jender dalam penokohan srikandi ? Atau jangan-jangan dicomotnya Srikandi sebagai simbol gerakan perempuan adalah bukti kemiskinan tokoh pejuang kesetaraan gender kita ? Sepertinya mitos Srikandi telah menjadi salah satu sampel dari sekian banyak mitos yang keliru yang melanda kaum modern yang konon katanya rasional

Sumber gambar : www.wikipedia.org/srikandi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun