Mohon tunggu...
Andi Rahmanto
Andi Rahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Hanya seorang anak manusia yang ingin hidup bahagia dengan caranya sendiri. email: andirahmanto2807@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fatamorgana Paham Kebebasan

6 April 2018   20:36 Diperbarui: 6 April 2018   20:39 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetap saja akan ada strata sosial di dalam suatu negara berpaham liberal. Sengaja atau tidak sengaja, strata sosial itu akan tercipta. Orang kaya akan berkelompok dengan sesama orang kaya. Begitu pula orang miskin, mau tidak mau, hanya akan hidup berkelompok dengan sesama orang miskin. Silahkan mau membantah jika strata sosial dalam masyarakat liberal itu tidak ada. 

Namun sebagai contoh, keberadaan komplek perumahan elit merupakan gambaran adanya eksklusivisme dan privilege dalam bermasyarakat. Belum lagi eksklusivisme dan privilege bagi sekelompok orang dibidang lainnya, seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan hukum. Strata sosial dalam masyarakat liberal itu memang dalam penerapannya tidak kaku. 

Mereka berada pada suatu strata sosial bukan karena warisan turun temurun. Memang ada usaha dan kerja keras disitu, bisa melalui perjuangan ekonomi, pendidikan, politik atau hukum.

Apakah seorang penganut paham liberal tidak mungkin terindikasi radikalisme di dalam dirinya? Banyak orang berpikiran bahwa radikalisme diidentikkan diktatorisme, ekstrimisme, atau konservatisme; sehingga seorang penganut paham kebebasan tidak mungkin melakukan kekerasan. 

Bagaimana dengan Amerika, otak dari paham liberal itu? Bukankah Amerika harus mengirim banyak tentara, senjata, dan uang untuk memperjuangkan paham liberal yang dianutnya? Amerika dan sekutunya harus mati-matian bertempur melawan NAZI dan Uni Soviet agar kedua negara itu tidak dapat menyebarkan pahamnya ke seluruh dunia.

Saat ini kita melihat paham liberal menguasai media, ekonomi, dan politik. Penganut liberal bisa mengkritik dengan keras siapa saja yang berseberangan dengannya. Mereka menghalalkan segala macam cara untuk membunuh karakter lawannya. 

Bahkan tak segan-segan berargumen dengan argumen bohong, kemudian ketika diserang balik dan terdesak, mereka akan berlindung dibalik paham kebebasan. Fenomena sosial yang tidak mereka senangi akan diputarbalikkan faktanya. Ada upaya penyesatan opini melalui pemberitaan untuk "cuci otak" publik, sehingga lawan akhirnya dihakimi secara sosial dan terkucilkan.

Kenyataannya, penganut paham liberal pun tidak sepenuhnya mampu berlapang dada melihat perbedaan pendapat dan pikiran pada orang lain. Para penganut paham liberal pun akan bertindak radikal jika kebebasannya dihambat atau dihalang-halangi. 

Tidak peduli kebebasannya itu bertentangan dengan norma sosial masyarakat, mereka akan gigih melakukan perlawanan. Ketika masyarakat melakukan perlawanan yang sengit, biasanya penganut paham liberal inipun akan mulai berakting seolah-olah mereka yang disakiti.  Pada negara yang menganut paham liberal dan negara itu kuat, maka mereka tak segan-segan untuk menggempur atau menjajah habis lawan-lawannya. 

Jadi, radikalisme itu bisa diidap oleh siapa saja. Sekarang yang dibutuhkan adalah kelapangan dada menerima kemajemukan yang ada dalam masyarakat. Meski sulit, namun sikap lapang dada, legowo, itu sangat baik untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun