Pada tanggal 9 Desember 2023 Dalam dialog publik di Deleyla Resto Mataram, Rocky Gerung yang diundang oleh teman-teman cabang IMM Mataram menyampaikan pandangannya terkait kegelisahan anak bangsa. Beliau menyoroti pertanyaan-pertanyaan mahasiswa sebagai ungkapan kegelian yang mengindikasikan kebutuhan untuk memperhatikan isu-isu substansial.
Rocky Gerung mendalam pada pertanyaan mengenai bagaimana sebuah bangsa yang deklarasi kemerdekaannya dengan akal pikiran, di tahun 1945 yang terjebak dalam otoriterisme Sukarno, dilanjutkan oleh Suharto, direvisi oleh mahasiswa '98, dan kembali di cawe-wawein oleh Jokowi Dodo.
Analisis Rocky Gerung menyoroti pertanyaan kritis apakah negeri ini sejalan dengan prinsip demokrasi atau justru dirancang untuk cenderung menuju otoriterisme. Beliau bahkan menyentuh konsep demokrasi di Roma yang hanya bertahan hingga runtuh pada abad pertama. Dengan itu, Rocky Gerung mencoba menjelaskan apakah Indonesia memiliki landasan yang memadai untuk mendukung demokrasi atau cenderung mencerna buah demokrasi dengan tantangan khusus.
Disini dapat disimpulkan bahwa, perjalanan demokrasi di Indonesia bukanlah suatu yang linier, melainkan penuh gejolak dan pergeseran yang membingungkan. Rincian bagaimana idealisme kemerdekaan di tahun 1945 harus menghadapi dinamika politik yang membawa negara ini ke dalam rentetan pemerintahan otoriter.
Lalu kemudian membongkar akar-akar perubahan tersebut, mencari jawaban mengapa negara yang lahir dari semangat demokrasi bisa terseret ke dalam berbagai bentuk otoriterisme. Pergulatan antara kebebasan dan kontrol tampaknya menjadi ciri khas sejarah politik Indonesia.
Melalu dialog ini menciptakan landasan bagi diskusi yang mendalam mengenai esensi demokrasi di Indonesia, mengingat tantangan dan transformasi yang telah dialaminya sepanjang sejarah politiknya.
Dalam dialog di atas Penulis menggambarkan pandangan Rocky Gerung terhadap dinamika politik Indonesia sepanjang sejarah, khususnya dalam konteks perjalanan demokrasinya. Rocky Gerung menyoroti pergulatan antara idealisme kemerdekaan dan pergeseran menuju otoriterisme, menciptakan landasan untuk diskusi mendalam mengenai esensi demokrasi di Indonesia.
Rocky Gerung menekankan pertanyaan kritis mengenai sejauh mana Indonesia sejalan dengan prinsip demokrasi atau cenderung menuju otoriterisme. Ini menyoroti ketidaklinieran perjalanan demokrasi di Indonesia dan menjelaskan bagaimana idealisme kemerdekaan di tahun 1945 berhadapan dengan dinamika politik, menghasilkan rentetan pemerintahan otoriter dari Sukarno hingga Jokowi Dodo. Ini menunjukkan kompleksitas sejarah politik Indonesia.
Pergulatan antara kebebasan dan kontrol, menyoroti pergulatan yang berulang antara kebebasan dan kontrol dalam sejarah politik Indonesia, mencerminkan tantangan unik yang dihadapi dalam membangun dan mempertahankan demokrasi.
Tulisan ini menyiratkan bahwa perjalanan demokrasi di Indonesia penuh gejolak, tidak linier, dan terkadang tersesat dalam bentuk otoriterisme. Pergulatan antara kebebasan dan kontrol menciptakan ciri khas sejarah politik Indonesia. Ini mengingatkan kita untuk secara kritis mengevaluasi landasan demokrasi di Indonesia dan menyadari tantangan yang terkait.
Saran saran penulisÂ
Mendorong masyarakat untuk melakukan refleksi mendalam terhadap esensi demokrasi di Indonesia, mempertimbangkan sejarahnya dan bagaimana dinamika politik telah membentuk perjalanan demokrasi.
Menekankan pentingnya pendidikan politik yang holistik, sehingga masyarakat dapat lebih memahami nilai-nilai demokrasi, serta dampak dari pergeseran politik yang mungkin terjadi.
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi, termasuk keterlibatan dalam dialog dan debat untuk memperkuat landasan demokrasi.
Dengan demikian, melalui pemahaman yang lebih dalam dan partisipasi aktif, Indonesia dapat terus mengembangkan dan memperkuat esensi demokrasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H