Sejak bekerja di rumah majikannya yang baru, Imas selalu merasa ada yang mengawasi. Saat hari pertama ia tidur di kamar pembantu yang disediakan majikannya, sesuatu seakan menindihnya, ia bahkan tidak bisa membuka matanya karena saking takutnya.
Imas ingin pindah ke rumah majikan yang lain, namun saat itu gaji di sini jauh lebih besar dibandingkan di rumah lain. Imas kuatkan hatinya agar bisa bertahan selama mungkin, untuk mengumpulkan uang demi pengobatan anaknya yang kini tengah di rumah sakit bersama ibunya yang membantu mengurus anaknya.
"Hati-hati, Mbak kalau kerja di sini," Pak Cipto berbisik pelan, sopir yang bekerja di rumah ini yang sudah lebih lama bekerja di sini.
"Memangnya kenapa ya Pak? Rumah ini ada apa sih?" Imas juga penasaran, kenapa ia juga jadi ikutan diganggu? Apa Imas ada salah?
"Ya ga kenapa-napa, tapi ya hati-hati aja, Mbak. Ini sih katanya orang lho Mbak, bukan kataku. Katanya, Bapak sama Ibu itu pesugihan. Tumbalnya itu selalu janin anak dari Bapak dengan wanita lain, makanya rumah ini sering kedatangan tamu wanita, kan?" Imas mengangguk. Memang rumah ini seringkali menerima tamu wanita muda, seringnya menginap. Pantas saja Imas sering melihat Bapak bercumbu dengan tamunya di dapur. Awalnya Imas ingin mengadu ke Ibu, tapi tidak berani.
"Jadi ga usah khawatir, Mbak, kita ga bakal jadi tumbal. Tapi ya tetep hati-hati aja," ujar Pak Cipto.
Setelah mendengar cerita dari Pak Cipto, Imas jadi lebih sering merinding. Malam itu Imas mau memanaskan makanan, karena katanya Ibu pagi-pagi sekali akan datang banyak pekerja yang akan membangun toko di samping rumah majikannya.
Saat Imas menuju dapur, terdengar suara aneh. Suara itu terdengar seperti mainan anaknya, apa itu namanya, Imas lupa ah, iya, itu, slime!!! Iya, terdengar seperti suara slime yang tengah dimainkan. Persis suaranya seperti ketika anaknya bermain slime. Kecipak, kecipuk, seperti suara cailan kental yang diaduk pelan.
Suara itu datang dari ruang tengah, dekat dengan lorong kamar Bapak dan Ibu. Imas mendekat dengan pelan, lalu mengintip. Imas menahan napas. Ada makhluk setinggi dua meter, berambut panjang hijau busuk, susunya panjang terayun pelan. Mulutnya terbuka lebar, selebar setengah meter dan memperlihatkan gigi kuningnya yang menyeramkan.
Lalu terdengar suara tangis bayi, Imas baru sadar suara tangis bayi yang terdengar seperti bayi baru lahir itu ada dua suara tangis. Ternyata itu datang dari dua bayi yang satunya keluar dari mulut makhluk itu, yang satunya keluar dari rahim makhluk itu. Darah berceceran, persis seperti ketuban orang melahirkan. Imas hanya bisa menutup mulutnya dengan perasaan penuh ketakutan setengah mati.