Mohon tunggu...
Andipati 2001
Andipati 2001 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Suka nulis artikel random, cerpen dan puisi https://www.instagram.com/Andipati17/

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kuyang

21 Agustus 2024   12:59 Diperbarui: 21 Agustus 2024   13:06 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rita adalah seorang gadis remaja yang lahir dan besar di kota besar, tempat gemerlap lampu kota dan hiruk pikuk kehidupan urban menjadi bagian dari kesehariannya. Setahun yang lalu, keluarganya memutuskan untuk pindah ke sebuah desa kecil yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk kota, mencari kehidupan yang lebih damai dan kebetulan dengan bisnis ayahnya yang sekarang beroperasi di kampung. Awalnya, kepindahan ini dianggap sebagai perubahan yang positif. Warga desa menyambut keluarga Rita dengan hangat, dan meski mereka berasal dari kota, Rita dan keluarganya diterima dengan baik di desa yang erat dan penuh kekeluargaan. Yang Rita baru tahu, ayahnya ternyata pernah tinggal di desa ini waktu ia muda. Karena itulah, ayahnya cepat beradaptasi dan sudah kenal dekat dengan beberapa warga termasuk sang kepala desa yaitu Pak Kadir.

Rita yang masih duduk di bangku SMA pun dengan cepat menyesuaikan diri. Ia sering bermain dengan teman-teman barunya, anak-anak sebaya yang sudah lama tinggal di desa tersebut. Suasana desa yang asri dan tenang membuat Rita merasa nyaman, meski kadang ia merindukan kehidupan kota yang sibuk dan dinamis. Namun, semua berubah pada suatu hari ketika sebuah tragedi yang mengerikan menimpa keluarganya.

Hari itu, Rita tengah menikmati libur panjang di rumah neneknya yang berada di kota sekaligus mengobati rindu akan teman-teman lamanya di kota. Ia tidak menyangka bahwa hari-hari yang tenang di desa tersebut akan berubah menjadi mimpi buruk. Di rumah, hanya ada ibu, bapak, dan adiknya yang masih berusia tiga bulan. Namun, ketenangan itu hancur ketika adik Rita ditemukan tewas dengan kondisi yang mengerikan. Bayi mungil itu meninggal akibat gigitan makhluk misterius, luka yang terlihat bukan seperti gigitan hewan biasa. Bahkan tubuh mungilnya pun tercabik-cabik.

Ketika Rita kembali ke rumah, ia menemukan keluarganya dalam kondisi yang jauh dari normal. Ibunya menjadi sangat terguncang, berada di ambang kegilaan, sering kali berteriak dengan histeris, memanggil nama adiknya yang telah tiada, "MAAAFKAN IBU, RUDI!!!" Suara itu terdengar setiap malam, menghantui seluruh sudut rumah mereka. Sementara itu, ayahnya, meskipun berusaha tegar, hanya bisa mengurus ibunya dengan kesabaran yang semakin menipis, mencoba menyembunyikan kesedihannya yang mendalam.

Tragedi ini tidak hanya menghancurkan kebahagiaan keluarganya, tetapi juga menjadi bahan pembicaraan di desa. Warga desa mulai membicarakan keluarga Rita, dengan nada yang sering kali terdengar menyalahkan. Mereka bergunjing bahwa keluarga Rita telah mengabaikan adat kampung yang sangat penting untuk keselamatan bayi, yakni memasang belati di bawah ranjang bayi sebagai penangkal makhluk halus. Dalam kepercayaan desa, belati itu dipercaya mampu melindungi bayi dari bahaya yang tidak terlihat, sesuatu yang tidak dipahami oleh keluarga Rita yang berasal dari kota.

Merasa disalahkan dan dihantui oleh rasa bersalah serta keinginan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi, Rita mulai mencari-cari informasi di internet. Ia menemukan berbagai cerita dan mitos tentang makhluk gaib yang mengerikan. Salah satunya adalah tentang kuyang, makhluk pemakan bayi yang terkenal dalam mitos lokal. Konon, kuyang adalah seseorang yang menggunakan ilmu hitam untuk memperoleh keabadian, tetapi dengan harga yang sangat tinggi: memakan darah bayi yang masih suci agar umur mereka panjang.

Cerita itu membuat darah Rita berdesir. Ia terbayang makhluk menyeramkan itu yang mungkin saja telah menjadi penyebab kematian adiknya. Namun, ia juga sadar bahwa mitos dan legenda sering kali tidak bisa dibuktikan dengan logika. Meskipun begitu, pikiran tentang kuyang terus menghantui Rita, membayangi setiap langkahnya di desa yang dulu ia anggap sebagai tempat yang tenang dan damai.

Sejak kematian adik bungsunya yang tragis, kesehatan mental dan fisik ibu Rita semakin memburuk. Ibunya yang memang sudah lama sakit-sakitan, kini tampak seperti bayangan dirinya yang dulu. Pikirannya terus dihantui oleh kenangan akan anaknya yang telah pergi, meninggalkan lubang besar yang tidak bisa diisi oleh apa pun. Seiring berjalannya waktu, tubuhnya semakin kurus, matanya cekung dan selalu penuh dengan air mata yang tak pernah kering. Kejadian itu menghancurkan semangat hidupnya, membuatnya terperosok ke dalam jurang kesedihan yang begitu dalam.

Setiap malam, suara isak tangis ibunya menggema di seluruh rumah, menambah berat beban yang sudah dirasakan oleh Rita dan ayahnya. Ayah Rita, dengan penuh kasih sayang, berusaha keras untuk membantu istrinya bangkit dari keterpurukan. Ia bahkan sempat berencana membawa sang istri ke kota, berharap seorang psikiater bisa menyelamatkan kesehatan mentalnya. Namun, setiap kali ia mencoba membujuk istrinya untuk berobat, yang terjadi justru sebaliknya: ibunya akan meronta, menolak dengan keras, seolah berusaha lari dari kenyataan. Ketakutan dan penolakannya terhadap pengobatan membuat ayah Rita hanya bisa pasrah, merawatnya dengan sabar di rumah, mencoba yang terbaik meski tahu itu mungkin tidak cukup.

Situasi menjadi semakin sulit ketika ibunya mulai menunjukkan perilaku yang semakin tidak terkendali. Karena kondisinya yang semakin memburuk, ayah Rita terpaksa mengunci ibunya di dalam kamar, agar tidak melukai diri sendiri atau orang lain. Dalam kondisi yang rapuh itu, hanya ayahnya yang diperbolehkan masuk ke kamar, merawat dan menemaninya. Rita, meskipun sangat ingin berada di dekat ibunya, dilarang untuk menemui sang ibu. Ia hanya bisa berdiri di depan pintu kamar, mendengarkan suara tangisan ibunya yang memilukan, yang seakan-akan menembus dinding dan langsung menyayat hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun