Di jendela hati, hujan turun perlahan,
Seperti air mata hati yang perlahan-lahan menitik.
Patah hati, sebuah seni yang terukir dalam tetesan,
Mengalir di dalam malam yang kelam dan sunyi.
Dalam setiap tetesan hujan, ada lara yang tercipta,
Sebuah puisi patah hati yang ditulis oleh awan.
Gemuruh mendalam, serupa dengan getaran hati yang terluka,
Malam terasa gelap, seperti bayangan rindu yang memayungi.
Dalam pelukan hujan, aku merenung sendiri,
Hatiku hancur, seakan puing asmara tak terbendung.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!