Arif terbangun dari mimpi dengan keringat dingin. Ia menyadari bahwa pesugihan yang ia lakukan tidak membawa kebahagiaan, melainkan malapetaka. Keinginan akan kekayaan membuatnya harus membayar harga yang mahal.
Dalam kegelapan kamar, Arif mendengar suara bisikan yang merayap di telinganya. Pesugihan itu telah menghantui hidupnya, dan bayangan itu menjadi semakin nyata. Arif menyadari bahwa kekayaan yang diperolehnya tidak sebanding dengan harga yang harus dibayarnya: jiwa dan ketenangan pikirannya.
Sejak saat itu, rumah tua tempat pesugihan itu dibiarkan terbengkalai, dan cerita mencekam tentang pesugihan itu menjadi legenda yang membayangi desa tersebut. Orang-orang belajar dari kisah Arif bahwa kekayaan yang diperoleh dengan cara yang gelap tidak pernah membawa kebahagiaan yang sejati.