Dalam Perang Dunia I, Inggris menerbitkan Deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang menjanjikan "pembentukan tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi" di Palestina. Setelah Perang Dunia II, tekanan meningkat untuk mendukung pendirian negara Yahudi. Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Resolusi 181 yang mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara, satu Yahudi dan satu Arab. Resolusi ini membuka jalan bagi pendirian Negara Israel pada tahun 1948.
Konflik dan Kontroversi:
Pendirian Negara Israel memicu konflik dengan penduduk Arab Palestina, yang menolak pembagian tersebut. Konflik Arab-Israel meletus dan telah berlangsung selama beberapa dekade, mempengaruhi situasi di Timur Tengah hingga saat ini.
Zionisme adalah gerakan yang kompleks dan terkadang kontroversial. Di satu sisi, itu dianggap sebagai pencapaian besar dalam perjuangan Yahudi untuk memiliki negara mereka sendiri setelah berabad-abad pengasingan dan penindasan. Di sisi lain, ini juga menjadi sumber ketegangan dan konflik dalam hubungan antara Israel dan tetangganya di Timur Tengah.
Penting untuk memahami sejarah dan konteks gerakan Zionisme untuk meresapi kompleksitas situasi di Timur Tengah dan mengikuti perkembangan yang terus berlanjut dalam wilayah tersebut. Sejarah ini memberikan dasar untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah ini yang terus berdampak pada politik global dan hubungan internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H