Mohon tunggu...
Andi Novriansyah Saputra
Andi Novriansyah Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer & Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Agama Islam Sadra

Kesungguhan dan kepercayaan diri akan menghasilkan sesuatu yang bernilai.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pentingnya Mahasiswa Studi Agama Agama Belajar Filsafat Perenial

9 Januari 2025   07:48 Diperbarui: 9 Januari 2025   07:48 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalaluddin Rakhmat dalam artikel "Kearifan Perenial Paradigma Baru Sains" (15 Desember 1993), pernah mengatakan bahwa:

Paradigma sains kini sedang mengalami keguncangan. Sebuah paradigma baru yang lahir dari situasi acak mulai muncul. Kita tengah menyaksikan kelahiran struktur sains dari tatanan yang lebih tinggi. Paradigma baru ini disebut kearifan perenial.

Pandangan tersebut diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat ketika merespon fenomena kebatinan manusia yang sama sekali tidak mengalami ketenangan setelah meluasnya kecanggihan teknologi dan kemajuan di bidang sains. Bahkan manusia berupaya untuk mencari sendiri penawar atas krisis batin yang mereka rasakan, salah satunya kembali pada kiblat spiritual terdalam.

Gerakan ini sempat menjadi "tren" di tengah umat beragama, tidak terkecuali dengan umat Islam. Mencari ketenangan spiritual melalui majelis sufi merupakan salah satu solusi di tengah hiruk-pikuk kecintaan duniawi. Namun sayangnya gerakan perenial tidak begitu populer lagi di era sekarang.

Maka dibutuhkan tidak hanya sekedar gerakan dan doktrin spiritual, tapi argumentasi filosofis serta gerak hati terdalam untuk memperkenalkan kearifan perenial. Para filsuf mengenalnya dengan sebutan filsafat perenial, yaitu mencoba melihat ke dalam alam batiniah sebagai solusi atas persoalan kehidupan manusia. Menumbuhkan keyakinan bahwa sumber dari seluruh masalah yang dialami berasal dari dalam diri sendiri, bukan kehendak atau penjerumusan pihak di luar dari dirinya.

Kesadaran Melalui Filsafat Perenial

Batin Anak Wanita Cermin (Sumber: Pixabay/pixundfertig )
Batin Anak Wanita Cermin (Sumber: Pixabay/pixundfertig )

Kembali pada tugas bagi akademisi jurusan Studi Agama Agama setiap perguruan tinggi agar tidak terlalu lama berputar dalam diskusi ketuhanan, kenabian, akidah, dan ritual keagamaan. Banyak persoalan penting di tengah masyarakat yang membutuhkan peran penting agama sebagai nilai kehidupan paling dekat dan mudah diakses.

Menyangkut masalah paling fundamental dalam hidup, yaitu krisis spiritual yang telah mengakibatkan depresi, stres, kehampaan hidup, hilang akal hingga berusaha mengakhiri hidup karena merasa tidak ada lagi pegangan dan pedoman untuk memperbaiki masalah-masalahnya, ternyata dapat diatasi jika ingin mencoba menyelami paradigma filsafat perenial.

Mengaktualisasikan agama dengan cara pandang perenial merupakan usaha spiritual menjadikan agama sebagai struktur utuh yang membentuk kebaikan absolut. Prinsip kebaikan absolut terkandung makna yang tidak temporal dan menjadi fondasi bagi nilai-nilai kultural, sosial, politik, dan sebagainya.

Menurut Seyyed Hossein Nasr, manusia tidak boleh hanya sibuk pada urusan dunianya atau sekedar mengedepankan dunia atas masalah dunia. Manusia harus menjadi penghubung antara Langit dan Bumi, sebagaimana dalam Islam menunjuk manusia hidup di dunia sebagai khalifah fil ardh (lihat surah al-Baqarah ayat 30).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun