Mohon tunggu...
Andi Novriansyah Saputra
Andi Novriansyah Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer & Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Agama Islam Sadra

Kesungguhan dan kepercayaan diri akan menghasilkan sesuatu yang bernilai.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Jurgen Habermas (Teori Tindakan Rasional Komunikatif dan Ruang Publik)

6 Maret 2024   18:08 Diperbarui: 6 Maret 2024   18:10 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://literariness.org/wp-content/uploads/2018/03/image-285570-galleryv9-tgkm-285570.jpg

Paradigma komunikasi mengedepankan proses dialog antar subjek, sehingga teori kritis dengan jalan komunikasi dapat terwujud. Habermas bukanlah sosok pertama yang memperkenalkan teori kritis berbasis komunikasi. George Herbert Mead (1863-1931) lebih dulu menyusun pikiran komunitas komunikasi ideal. Pemikiran itu bertujuan untuk merekonstruksi intersubjektivitas yang masih terpelihara, yang memungkinkan adanya pemahaman saling-menyeluruh di antara individu tanpa pembatasan dan identitas masing-masing individu.

Teori komunikatif yang diupayakan oleh Mead sangat memperhatikan aspek linguistik dalam filsafatnya. Karena bahasa mempunyai signifikansi konstitutif bagi kehidupan sosial-budaya. Latar belakang sosial-budaya yang berbeda tentu berdampak pada buah pikiran yang beragam dalam proses komunikasi. Sehingga satu sama lain dapat memahami pola pikir masing-masing untuk mencapai kesepakatan bersama.

Simbol linguistik hanya menguji sejauh mana memediasi interaksi, mode perilaku, dan tindakan lebih dari satu individu. Untuk tindakan komunikatif, di luar fungsi mencapai pemahaman, bahasa memainkan peran mengkoordinasikan kegiatan yang berorientasi pada tujuan dari subjek yang berbeda, serta peran sebagai medium dalam sosialisasi antar subjek. Mead melihat komunikasi linguistik hampir secara eksklusif di bawah dua aspek yakni integrasi sosial aktor yang berorientasi pada tujuan, dan sosialisasi subjek yang mampu bertindak. Tapi ia mengabaikan pencapaian pemahaman saling-menyeluruh dan struktur internal bahasa. Pada konteks tersebut, teori komunikasinya membutuhkan analisis tambahan seperti yang dilakukan dalam semantik dan teori tindak tutur.

Elemen bahasa juga sangat penting dalam proses penerapan teori tindakan rasinal komunikatif. Rasionalitas yang melekat dalam praktik tersebut terlihat dalam kenyataan bahwa sebuah kesepakatan yang dicapai secara komunikatif harus pada akhirnya didasarkan pada alasan. Berangkat dari alasan menghadirkan budaya praktik komunikatif dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung merujuk pada praktik argumentasi sebagai pengadilan yang membuat mungkin untuk melanjutkan tindakan komunikatif dengan cara lain ketika perselisihan tidak dapat lagi dihindari dengan rutinitas sehari-hari dan belum juga dapat diselesaikan melalui tindakan langsung atau strategis.

Berdasarkan paradigma komunikasi dalam teori kritis yang dikembangkannya, Habermas meyakini bahwa antar subjek akan mencapai komunikasi yang memuaskan. Setiap pelaku komunikasi akan berupaya membuat lawan bicara memahami maksudnya dengan menerapkan budaya ‘klaim-klaim kesahihan’ (validity of claims). Budaya itu dipandang rasional dan dapat diterima tanpa paksaan sebagai hasil kesepakatan bersama.

Habermas menyebutkan empat macam klaim, di antaranya; pertama kesepakatan tentang dunia alamiah dan objektif yang disebut klaim kebenaran (truth). Kedua klaim ketepatan (rightness) yaitu kesepakatan tentang norma-norma dalam dunia sosial. Ketiga klaim kejujuran (sincerity) adalah kesepakatan adanya persamaan dalam dunia batiniah dan ekspresi seseorang. Klaim keempat yaitu adanya kesepakatan dan kesesuaian dengan klaim-klaim sebelumnya atau disebut klaim komprehensibilitas (comprehensibility). Keempat klaim tersebut pada dasarnya dapat dikritik.

Teori komunikasi Habermas membangun teori yang komprehensif tentang masyarakat modern. Terdapat dua tema utama yakni dunia kehidupan (lebenswelt) dan sistem. Untuk tema dunia kehidupan mengambil pemikiran dari Husserl dengan ciri khas yang baru.

Pada tema dunia kehidupan, terdapat semua pengandaian yang diterima secara keseluruhan. Latar belakang pembahasannya selalu tentang komunikasi dalam masyarakat. Sehingga teori praksis komunikatif tidak pernah vakum, tetapi memanfaatkan dari sumber daya yang sudah tersedia dan digunakan untuk sarana mencapai persetujuan berupa kebudayaan, institusi, dan kepribadian. Dunia kehidupan bertahan karena praksis komunikatif.

Bertahan dengan dunia-kehidupan juga tidak cukup, dibutuhkan sandang-pangan dan papan. Pertahanan material tersebut hanya dapat terpenuhi dengan bekerja. Kehidupan masyarakat tradisional, unsur pertahanan, komunikatif, dan material selalu beriringan dan tidak terpisahkan. Tapi dalam kehidupan modern, unsur-unsur itu terpisahkan.

Pertahanan material dalam masyarakat modern tidak lagi terjadi lewat jalur komunikatif, namun termasuk di wilayah sosial yang diistilahkan sebagai ‘sistem’. Tema sistem terdiri dari dua subtema yakni ekonomi dan politik. Keduanya memainkan peran penting di era sekarang untuk memastikan praksis komunikatif terus berjalan secara bersama dan bersifat intersubjektivitas.

Habermas memandang peranan sistem di dunia modern hampir mendominasi dnunia-kehidupan, tapi tidak secara total. Hal itu menandakan adanya kemungkinan reaksi dari sejarah yang melawan hubungan kekuasaan, dan masyarakat modern dapat menerapkan rasionalitas matang dari praksis komunikatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun