Mohon tunggu...
andi nofriza
andi nofriza Mohon Tunggu... -

mahasiswa uin sunan kalijogo jurusan komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perubahan Cepat Membuat Gagar Budaya

22 Desember 2012   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Culture syock atau gagar budaya adalah suatu peristiwa  psikolgis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kndisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Setiap orang yang berpindah tempat tinggal dari suatu tempat ke tempat lainya pasti akan mengalami yang namanya cultural syock. Kususnya mereka yang berpindah dari suatu daerah yang berbeda budayanya. Culture syock merupakan penyakit kejiwaan yang orang tersebut tidak merasakanya namun orang lain melihat gejala gejala tersebut

Sebenarnya tiap tiap individu telah diatur oleh budaya masing masing daerah. Ketika mereka berpindah ke tempat yang lain, kadang kala ada daerah yang secara bahasa, budaya, dan adat istiadat berbeda. Sebagai contoh, perbedaan budaya barat dan timur. Budaya timur lebih mengedepankan tatakarama dan sopan santun, berbeda dengan budaya barat yang mengedepankan kebebasan. Karena budaya barat lebih menggunakan idiologi liberal.

Seseorang yang berasal dari daerah timur seperti indonesia, pasti akan mengalami culture syock atau gagar budaya di amerika. Sebagai contoh mahasiswa indonesia atau TKI yang sedang berada di negara barat, akan mengalami culture syock seperti ketidak mampuan menyesuaikan dengan makanan. Hal tersebut disebabkan karena di indonesia memakan beras sedang di barat memakan gandum dari segi budaya mereka juga merasa asing dengan tata karama di tempat tersebut. Dan juga merasa asing dengan budaya lainya di tempat tersebut. sehingga terjadi benturan presepsi atau pandangan, yang diakibatkan pengunaan pandangan pandangan dari masing masing daerah.  yang telah di pelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dengan  yang belum ia pahami.

Kulture syock tidak pasti terjadi pada orang yang berpindah daerah. Tetapi bisa juga terjadi pada seseorang yang menggalami perubahan ekonomi secara mendadak. Sebagai contoh peristiwa yang dialami oleh darsem. Seorang mantan TKI yang nyaris dieksekusi di arab saudi karena dituduh membunuh majikanya. Kemudian media kususnaya tvone yang menyelengarakan program koin untuk darsem. Hal tersebut disebabkan karena keluarga majikan meminta diad sebesar Rp 2000.000.000,- sementara pemerintah terlalu lama mencairkan dana diad sebesar 2 milyar tersebut. sehingga tvone menyelenggarakan program koin tersebut.

Setelah uang terkumpul dari hasil sumbangan koin. Ternyata pemerintah telah mencairkan dana untuk pembebasan darsem. Akibatnya koin senilai 2 milyar tersebut menjadi dana ngangur dan tidak digunakan. Ahirnya tvone memutuskan untuk menyerahkan uang sebesar 2 milyar tersebut langsung kepada darsem. Akibatnya darsem menjadi orang yang kaya secara mendadak. Dia langsung menggunakan uang tersebut tidak secara bijak. Uang tersebut lebih digunakan untuk foya foya darsem dan keluarga keluarganya. Rumahnya pun mendadak menjadi meweh. Kehidupan darsem telah berubah. Pada saat seperti itu darsem berubah menjadi sombong. Tindakan darsem tersebut telah mengangu warga sekitar. Selain itu, tindakan darsem juga telah memalukan pihak tvone. Dari contoh peristiwa diatas jelas bahwa darsem mengalami kultural syock.

Selain itu kultural syock juga bisa dialami oleh orang yang dulu berkeasa. Namun karena disebabkan dia pensiun atau diberhenikan secara tidak hormat, sehingga dia kehilangan kekuasaan yang biasa disebut post power sindrom atau sindrom setelah berkuasa. Dia masih merasa berkuasa, kadang orang yang menderita penyakit tersebut lebih mudah terserang penyakit seperti diabetes dan setres. Banyak pejabat di indonesia yang mengalami hal tersebut. mereka mengalami masa yaitu kulture syock.

Seperti yang dialami oleh Hosni Mubarok. Yang mana dia dulu adalah seorang presiden yang sangat dihormati di mesir. Namun kini dia telah kehilangan kekuasaanya. Bahkan dia terancam hukuman mati. Kini dia menderita banyak penyakit yang kemungkinan penyakit tersebut disebabkan karena post power sidrom. Hal tersebut juga dialami oleh mantan presiden soeharto. Ketika dia masih menjabat sebagai presiden dia tidak pernah mengalami satu penyakit sedikitpun. Kemudian setelah kekuasaanya berahir, dia lebih sering sakit sakitan hingga dia meninggal. Gejala gejala tersebut juga dialami oleh mantan mantan pejabat yang lain.

Jadi manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi. Karena manusia adalah mahluk sosial. Ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainya yang berbeda budaya, pasti mengalami culture syock atau gagar budaya. Culture syock adalah bagian dari komunikasi lintas budaya. Dan menurut dedi mulyana Menurut Dedi Mulyana dalam buku komunikasi antar budaya mengatakan bahwa Gegar budaya atau culture syock ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan social. Kulture syock biasa terjadi pada orang yang berada di suatu tempat tertentu yang berbeda kebudayaanya. Jadi untuk mengurangi kulture syock diperlukan pengetahuan yang mempelajari prilaku antar etnis. Disinilah komunikasi antar budaya menjadi penting

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun