Saat itu di keheningan desa kecil di kaki gunung.Disebuah rumah sederhana berdinding bambu , Hiduplah keluarga Doni , di usianya yang baru 7 tahun Ia sudah banyak menghadapi hal yang sulit.Ia berkebutuhan khusus atau bisa disebut dengan autisme yang dimana dia tidak selayaknya manusia pada umumnya , Ia susah berkomunikasi dengan orang lain.Hal tersebutlah yang membuat orang-orang di sekitarnya bingung.
Ia tinggal bersama Ayah , Ibu & kakek nya , namun hubungan Doni dengan orang tuanya tidak harmonis.Ayahnya Pak Ridwan ia selalu bekerja sehingga jarang dirumah , Ibunya Bu Ani selalu marah karena Doni susah diajak untuk berkomunikasi , Sedangkan Kakek ia selalu mengerti apa yang dirasakan oleh Doni.Doni sering kali melihat Ayah & Ibunya bertengkar , hal tersebutlah membuat ia merasa cemas.
Namun , ada satu orang yang dimana Doni merasa senang yaitu saat bersama kakek.Kakek sangat menyayangi doni dan selalu menenangkannya.Di sekolah Doni diajar dengan Pak Toni,Pak Toni sorang guru yang sabar dan penuh kasih sayang.Walaupun cara bicara Doni tak seperti anak anak pada umumnya , Pak Toni selalu berusaha memahami apa yang disampaikan oleh Doni , hal tersebut tak menghalangi mereka untuk berkomunikasi karena Pak Toni tahu bahwa Doni memiliki cara yang berbeda untuk berkomunikasi.
Keesokan harinya , Ibunya sedang lelah dan tak bisa mengantarkan Doni ke sekolah , Ia pun merasa sedih , lalu Ia meninggalkan Ibunya dan berjalan kaki menuju sekolah dan tak mengatakan sepatah kata apapun.Di tengah perjalanan nya Kakek menyapa Doni dengan wajah gembiranya Doni menceritakan apa yang sudah terjadi.”Mengapa engkau berjalan kaki?” Ucap kakek.Ia pun terdiam dengan wajah yang tak riang.”Tak apa jelaskan lah pada Kakek.”ujar Kakek.Doni pun menjelaskan dengan usahanya agar Kakek bisa memahami apa yang ia katakan. “Jangan lah engkau merasa sedih akan hal tersebut , Marilah ku antar pergi ke sekolah”ujar Kakek , Doni pun menerima tawaran itu.
Sesampainya di Sekolah Pak Toni menyambut Doni dengan lembut seperti hari-hari biasanya ,Namun raut wajahnya termenung dan terdiam.”Bagaimana kabarmu nak?”Tanya Pak toni , meskipun ia tahu Doni tak akan bisa menjawab.
Doni masih terdiam dengan mata yang berkaca-kaca , Tetapi hatinya merasa lebih tenang karena bertemu dengan Pak Toni.Sepulangnya sekolah Kakek sudah berada di depan sekolah untuk menjemput Doni.Kakek melihat wajah doni yang agaknya sudah tersenyum.Mereka pun menuju rumah.
“Turun dan segeralah istirahat , aku akan pergi kepasar untuk berjualan”Ujar Kakek.Doni mendengar kata itu , Ia tak mau turun dari sepeda dan meminta Kakek untuk membawa Ia ikut berjualan.Kakek pun memahami apa yang diinginkan Doni.”Apakah Kau mau ikut denganku”Tanya Kakek , Doni hanya menganggukkan kepala dan sedikit tersenyum.Baiklah ganti bajumu dan izinlah kepada Ibumu.Doni pun segera masuk ke rumah dan beganti baju , Ia tak memohon izin kepada ibunya karena Ia tahu bahwa Ibunya tidak akan memberi izin akan hal tersebut.”Sudahkah Ibumu memberi izin Kau ikut denganku”Tanya Kakek kepada Doni.Ia pun tak menjawab sepatah kata apapun.Mereka pun mulai menuju pasar.
Raut wajahnya sangat senang melihat orang disekitarnya.Ia pun mulai membantu Kakek.Satu jam kemudian dagangan Kakek pun habis dan tak tersisa satupun.”Bagaimana kau senang ikut berjualan denganku , inilah pekerjaanku , sebelumnya tak pernah jualanku habis secepat ini , ini berkat engkau Nak”Ujar Kakek.Doni mendengar Kakek berbicara seperti itu Ia pun tersenyum gembira.Kakek memberi upah 20% dari jualannya.”Ambil lah untuk uang sakumu”Doni pun menerima upah itu.Doni membungkuk untuk mengucapkan terima kasih kepada Kakek.Setelah itu mereka pun kembali ke rumah.
Baru menginjakan kaki di rumahnya Doni sudah mendengar ibunya yang sedang memarahinya.”Dari mana kau Doni?engkau tak bilang apa apa padaku” dengan nada yang tinggi , Doni hanya diam dan langsung menuju kamar.
Keesokan harinya Doni pergi sekolah diantar oleh Kakek.Ia datang ke sekolah dengan wajah yang berbeda.untuk pertama kalinya Ia tersenyum.Di tangannya ia sudah menggenggam uang saku yang diberi oleh Kakek dari hasil upah Ia membantu berjualan dan menunjukkannya kepada Pak Toni.”Bagaimana Kabarmu Doni”tanya Pak Toni.Lalu Dika menjelaskan kepada Pak Toni bahwa Ia senang mendapat uang saku karena selama Ia sekolah Ibunya tak mengasih uang saku padanya. Pak Toni pun terharu melihat Doni yang masih berumur 7 tahun sudah membantu Kakeknya untuk mendapatkan uang saku.
Beberapa bulan kemudian , di hari libur Pak Toni tak sengaja bertemu dengan Doni yang sedang berjalan kaki.”mau kemana engkau Doni”Tanya Pak Toni.Ia menunjuk-nunjuk rumah pohon yang ada di sebrang jalan yang dikelilingi tanaman hijau.”Bolehkah aku ikut” Ujar Pak Toni Doni pun senang mendengar kata itu dan menganggukkan kepalanya.
Tak lama mereka duduk diatas rumah pohon Doni melihat sesuatu yang indah dan memberi tahu Pak Toni , Ia menunjuk-nunjuk pelangi dengan wajah yang ceria.”Kau tahu itu apa?Itu pelangi Doni”Ujar Pak Toni dengan raut wajah yang senang , “pelangi”Doni mengatakan itu dan membuat Pak Toni terkejut.”Betul Doni itu pelangi , pelangi itu indah , sama seperti namamu” Ujar Pak Toni dengan wajah yang yang terkejut dan terharu melihat Doni berbicara, Doni hanya menganggukan kepala dengan penuh senyum di wajahnya.Meskipun tak banyak berkata kata Pak Toni tahu bahwa Doni merasa senang dan merasa sangat dihargai.
Dirumah Bu Ani mulai merasa adanya perubahan pada Doni. Bu Ani mulai berfikir, apakah yang membuat Doni seperti ini? Ataukah ia sudah sembuh?. Dibalik pertanyaan yang ada di kepala Bu Ani, sebenarnya ia tidak terlalu peduli, sehingga Bu Ani tidak ingin memperpanjang pikirannya akan Doni. Disisi lain, Doni juga merasa ada perubahan pada dirinya, dari yang awalanya dia pendiam, penuh rasa takut, cemas menjadi Doni yang memiliki senyuman indah, lebih ceria, dan tidak takut untuk mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi malam ini bukanlah malam yang indah bagi Doni, Malam ini ia anggap sebagai malam tersial yang pernah ia rasakan. Bagaimana tidak, Orang tuanya bertengkar hebat hingga mereka berdua harus menghadap ke pengadilan dan menggugat perceraian. Hal itu membuat Doni sangat terpukul, ia duduk di kursi kamarnya sambil merenung dan mencoba menghapus air matanya. Malam itu ia mulai bertanya pada dirinya sendiri. Setelah ini aku bagaimana? Mana mungkin mereka mau membawaku?.
Dibalik kegelisahan yang Doni rasakan, ada kakek yang setiap saat berada di sisi Doni dan bersedia membantu Doni. Hal itu menjadi bahagia tersendiri bagi Doni, karena kakek adalah orang yang paling berpengaruh dalam perkembangan Doni saat ini dan turut terlibat dalam perubahan Doni dalam prosesnya belajar.
Tahun demi tahun Doni lewati bersama kakek, kini ini usianya menginjak 19 tahun. Hari ini merupakan hari kelulusan Doni. Dengan kegigihan dan rasa pantang menyerahnya ia menjadi lulusan terbaik di sekolahnya. Hal itu membuat beberapa universitas meliriknya dan saling berebut memberikan undangan. Doni ditawarkan untuk masuk universitas yang selama ini ia inginkan, akan tetapi jika melihat biayanya, sepertinya kakek tidak akan sanggup untuk membiayainya. Hal itu membuat Doni harus berfikir berkali-kali untuk menerima tawaran tersebut.
Setelah acaranya selesai, Doni pulang dengan wajah kebingungan. Kakek yang sedang menyeruput secangkir kopi menanyakan apa yang terjadi pada Doni. Doni tidak menjawab apapun hingga membuat kakek risau. “Jujur saja pada kakek, apa yang membuatmu cemas nak?” tanya kakek. Akhirnya Doni mau menjawab “tadi aku ditawari untuk masuk universitas impian ku kek, tetapi untuk biayanya mungkin cukup mahal”. Kakek pun berusaha meyakinkannya doni, untuk menerima tawaran kampusnya, “tidak apa-apa, terima saja... mungkin itu jalan terbaik buat kamu, untuk biaya tidak usah dipikirkan, nanti kakek Carikan”. Doni tidak menjawab apapun sambil memutar otak, bagaimana ia bisa membantu kakek untuk mendapatkan uang.
Pagi ini ia jogging mengelilingi kampungnya, tidak sengaja ia bertemu dengan pak Toni selaku gurunya dulu. Pak Toni cukup pangling dengan keadaan Doni saat ini yang berubah drastis. Sudah cukup lama ia saling berbincang akhirnya Doni memberanikan diri untuk bertanya pada pak Toni, “begini pak, saya ada tawaran untuk masuk kampus favorit saya, tetapi saya bingung dengan biayanya hingga membuat saya harus mencari pekerjaan, sedangkan mencari pekerjaan sekarang cukup sulit pak, barangkali bapak memiliki kenalan yang membutuhkan tenaga kerja pak?”. Pak Toni mencoba menghubungi teman-temannya. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Doni mendapatkan tawaran pekerjaan dari teman pak Toni yaitu menjadi guru TK. Doni pun menerima tawaran pekerjaan itu, dan mulai menjalani pekerjaan barunya itu dengan senang hati,. Uang yang dimiliki Doni kini pun cukup untuk membayar kuliahnya. Akan tetapi tidak semudah yang ia pikirkan. Selama ia kuliah, cukup banyak masalah yang ia hadapi. Seperti ia harus mengulang tes beberapa kali, sulit mengatur waktunya, jarang istirahat membuatnya sering sakit. Kakek yang selalu menghawatirkan Doni pun turut merawat Doni dengan sepenuh hati. Namun, dari semua masalah yang ada, satu persatu dapat ia selesaikan. Kini ia sudah terbiasa dan bisa menjalani kegiatannya sehari-hari tanpa merasa adanya beban di pundaknya.
Karena adanya ketekunan yang Doni miliki, membuat ia lulus dalam waktu yang cukup singkat dan bisa mendahului teman-temannya di kampusnya, kini ia memiliki gelar S,Pd. Akan tetapi ia bukan tipe orang yang mudah puas. Ia melanjutkan pendidikannya hingga kini ia memiliki kelar Lektor. Hingga akhirnya ia mampu mengangkat derajat kakeknya. Dari yang dulunya merupakan anak berkebutuhan khusus dan berada di keluarga kurang mampu, kini ia menjadi dosen dan mampu membiayai hidup kakeknya. Ia juga sering membantu menginspirasi orang-orang diluar sana. Dan akhir cerita ini dapat mengundang beberapa pembaca untuk turut berbahagia atas keberhasilan Doni, dan merasa puas akan kejayaannya. Hal ini membuat Doni semakin semangat untuk menginspirasi orang-orang agar lebih semangat menjalani hidupnya, menginspirasi orang-orang yang hampir menyerah terhadap hidupnya.
Dalam cerita ini bukan hanya kakek yang bangga terhadap Doni, tetapi sebagai penulis saya juga merasa bangga akan keberhasilannya. Saya turut senang dan mengucapkan selamat pada mas Doni yang kini menggenggam gelar Lektor.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI